Laporan Praktikum Genetika
Acara 3
Hukum Mendel II
Muhammad Arif Abdullah Humam
E1J012004
Shift: 2. Kamis (12.00-13.40)
Kelompok: 5
Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013
BAB I
Pendahuluan
⦁ Dasar TeoriHukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian: Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Hukum mandel 2 adalah persilangan antara dua tetua yang mempunyai dua sifat beda (dihibrid). Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of genesatau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau lebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda, akan menghasilakn perbandingan 9:3:3:1. Fenotip adalah penampakan/ perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotip adalah susunan genetik dari suatu inidividu yang ada hubungannyadengan fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda huruf.
Hukum Mendel II yang disebut juga dengan hukum pengelompokan gen secara bebas (the law of independent Assortment of genes) tersebut, menyatakan bahwa gen-gen dari sepasang alel memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan reduksi ( meiosis ) pada waktu pembentiukan gamet-gamet. Oleh karena itu pada contoh dihibrid itu terjadilah 4 macam pengelompokan dari dua pasang gen,yaitu:
1) Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK
2) Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat da;lam gamet Bk
3) Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat da;lam gamet bK
4) Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat da;lam gamet bk
Apabila dominasi nampak penuh, maka perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 9:3:3:1. Juga telah diketahui bahwa hasil perkawinan dihibrid = hasil perkawinan monohybrid 1 x hasil perkawinan monohybrid dua. Pada semidominansi ( artinya dominansi tidak nampak penuh. Sehingga ada sipat intermedier ) maka hasil perkawinan monohybrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1. Tentunya mudah dimengerti bahwa pada semidominansi, perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1 x 1:2:1 = 1:2:1:2:4:2:1:2:1.
Pada persilangan mono-hibrid (satu sifat beda) akan diperoleh perbandingan fenotipe 3:1 pada populasi F2, apabila satu karakter yang dimiliki tersebut bersifat dominan penuh. Selain melakukan persilangan mono-hibrid, mendel juga melakukan persilangan dihibrid (persilangan dengan dua sifat beda). Persilangan yang dilakukannya bertujuan untuk mempelajari hubungan antara pasangan-pasangan alela dari karakter tersebut. Untuk itu tanaman kapri (Pistum sativum) memiliki biji bulat warna kuning (BBKK) disilangkan dengan kapri berbiji keriput berwarna hijau (bbkk). F1 penyilangan 2 parental homolog adalah dihibrid (heterozigot) untuk dua gen yang terkait individu F1 ini disebut individu dihibrid. Dan keturunan F1 dari persilangan antara dua induk/tetua yang homozigot tersebut menghasilkan hibrida (haterozigot) bagi kedua pasangan gen tersebut. Keturunan F1-nya (BbKk) adalah dihibrida, dan persilagnan antara BBKK x bbkk adalah persilangan dihibrid. Alela bagi biji bulat berwarna kuning bersifat dominan penuh terhadap alela bagi biji keriput berwarna hijau. Perbandingan fenotipenya 9:3:3:1.
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat menentukan rasio fenotipe dan genotipenya. Metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan monohibrid. Perbedaan utamanya ialah masing-masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1 atau 2 gen yang berbeda. Sedangkan menurut Corebima (1997), hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu yang secara genetik berbeda. Arti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner. Hibrid dapat dibedakan menjadi monohibrid, dihibrid, trihibrid dan bahkan polihibrid tergantung pada jumlah sifat yang diperhatikan pada persilangan itu.
Menurut Goodenough (1984), mendel memperoleh hasil yang tetap sama dan tidak berubah-ubah pada pengulangan dengan cara penyilangan dengan kombinasi sifat yang berbeda. Prinsip segregasi berlaku untuk kromosom homolog. Pasangan-pasangan kromosom homolog yang berbeda mengatur sendiri pada khatulistiwa metafase I dengan cara bebas dan tetap bebas selama meiosis. Sebagai akibatnya, gen-gen yang terletak pada kromosom nonhomolog, dengan kata lain, gen-gen yang tidak terpaut mengalami pemilihan bebas secara meiosis Pengamatan ini menghasilkan formulasi hukum genetika Mendel kedua, yaitu hukum pilihan acak, yang menyatakan bahwa gen-gen yang menentukan sifat-sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu dengan yang lain, dan sebab itu akan timbul lagi secara pilihan acak pada keturunannya. Individu-individu demikian disebut dihibrida atau hibrida dengan 2 sifat beda .
Ciri khas karya Mendel yang cermat ialah bahwa ia lalu menanam semua ercis dan membuktikan adanya genotipe terpisah di antara setiap ercis dengan kombinasi baru ciri-cirinya.
⦁ Tujuan Praktikum
Menentukan dan membuktikan perbandingan fenotip pada Hukum Mendel pada persilangan dengan dua sifat beda (dihibrida).
BAB II
Bahan dan Metode Praktikum
2.1. Bahan dan Alat
⦁ Kancing Genetik 4 warna
⦁ Dua buah stoples
2.2. Cara Kerja
⦁ Mengambil sepasang model gen merah, putih, kuning, dan hijau. Mengasumsikan bahwa warna merah pembawa sifat biji bulat(B), putih pembawa sifat biji keriput(b), kuning pembawa sifat warna biji kuning(K), dan hijau pembawa sifat warna biji hijau(k).
⦁ Memasukkan semua kancing genetik ke dalam 2 buah stoples, kemudian mengocok masing-masing stoples.
⦁ Mengambil sepasang kancing genetic dari masing-masing stoples secara acak.
⦁ Memasangkan dan mengombinasikan warna kancing genetik yang didapat.
Bila kancing yang terambil dari stopless 1 pasangan putih-kuning(bK), dan dari stoples 2 pasangan merah-hijau(Bk), maka kombinasi genotipnya ialah BbKk, begitu seterusnya.
⦁ Mencatat hasil kombinasi yang didapatkan.
⦁ Mengembalikan kancing-kancing tersebut ke dalam stoples, lalu mengocok stoples tersebut.
⦁ Mengulangi langkah-langkah dari pengambilan sampai langkah sebelumnya hingga 32 kali pengambilan dan 64 kali pengambilan.
BAB III
Hasil
Tabel 1. Nisbah Hasil Pengamatan Fenotipe
Fenotipe Genotipe Frekuensi Genotipe Rasio Fenotipe
32x 64x 32x 64x
Bulat-Kuning BBKK
BbKK
BBKk
BbKk II (2)
IIII (4)
II (2)
IIII III (7) IIII
IIII III
IIII IIII II
IIII IIII IIII 16 38
Bulat-hijau
BBkk
Bbkk III (3)
IIII (4) IIII III
IIII 7 13
keriput-Kuning bbKK
bbKk III
IIII III
IIII II 7 10
keriput-hijau bbkk II III 2 3
Total 9 32 64 32 64
Tabel 2. Perbandingan/Nisbah fenotip pengamatan/observasi (O) dan Nisbah Harapan/Teoritis/Expected (E)
Fenotipe Pengamatan Harapan Deviasi
32x 64x 32x 64x 32x 64x
Bulat-Kuning 16 38 18 36 -2 2
Bulat-hijau 7 13 6 12 1 1
keriput-Kuning 7 10 6 12 1 -2
keriput-hijau 2 3 2 4 0 -1
Total 32 64 32 64 0 0
BAB IV
Pembahasan
Dari hasil yang telah didapatkan pada persilangan dihibrid, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, yang menggunakan 4 macam warna kancing genetik yaitu warna merah yang dianggap sebagai pembawa sifat untuk bentuk biji bulat(B) dan dominan penuh terhadap putih yang dianggap sebagai pembawa sifat untuk bentuk biji keriput (b). Sedangkan kancing berwarna kuning dianggap sebagai pembawa sifat untuk warna biji kuning(K) dan dominan penuh terhadap warna hijau sebagai pembawa sifat untuk warna biji hijau (k).
Setelah diambil secara acak sebanyak 32 kali, didapatkan hasil berupa jumlah fenotip:
⦁ Bulat-Kuning, dengan genotype :(BBKK) :2
(BbKK) :4
(BBKk) :2
(BbKk) :8
⦁ Bulat-hijau, dengan genotype :(BBkk) :3
(Bbkk) :4
⦁ keriput-Kuning, dengan genotype :(bbKK) :3
(bbKk) :4
⦁ Keriput-hijau, dengan genotype :(bbkk) :2
Maka didapatkan rasio fenotipe secara berurutan, yaitu : 16 : 7 : 7 : 2 dengan total 32.
Untuk pengambilan secara acak sebanyak 64 x, maka didapatkan fenotipe :
⦁ Bulat-Kuning dengan genotype :(BBKK) :4
(BbKK) :8
(BBKk) :12
(BbKk) :14
⦁ Bulat-hijau dengan genotype :(BBkk) :8
(Bbkk) :5
⦁ keriput-Kuning dengan genotype :(bbKK) :3
(bbKk) :7
⦁ Keriput-hijau dengan genotype :(bbkk) :3
Maka didapatkan rasio fenotipe secara berurutan, yaitu : 38 : 13 : 10 : 3 dengan total 64.
Setelah semua hasil pengamatan telah didapatkan, selanjutnya melakukan pengujian terhadap hasil pengamatan tersebut, apakah percobaan yang dilakukan berhasil atau gagal, dengan berpatok pada materi, dimana pada percobaan persilangan dua sifat beda, rasio fenotip nya adalah 9:3:3:1. Angka-angka hasil pengamatan yang telah lakukan diselisihkan dengan angka harapan(yaitu angka yang ada pada teori) pada tiap-tiap percobaan, yaitu masing-masing sebanyak 32 kali dan 64 kali, maka didapatlah hasil deviasi, yaitu nilai yang tidak sesuai dengan harapan, lalu ditotalkan.
Hasil rasio fenotipe/pengamatan yang telah didapatkan tadi secara berurutan, maka didapatkan:
· Untuk 32 kali pengambilan :
Fenotipe : Pengamatan – Harapan = Deviasi
Bulat-Kuning : 16 – 18 = -2
Bulat-hijau : 7 – 6 = 1
keriput-Kuning : 7 – 6 = 1
keriput- hijau : 2 – 2 = 0
Totalnya didapatkan dengan cara menjumlahkan setiap hasil deviasi, dan total deviasi yang didapat pada percobaan ini yaitu (-2)+1+1+0 = 0
· Untuk 64 kali pengambilan
Fenotipe : Pengamatan – Harapan = Deviasi
Bulat-Kuning : 38 – 36 = 2
Bulat-hijau : 13 – 12 = 1
keriput-Kuning : 10 – 12 = -2
keriput- hijau : 3 – 4 = -1
Totalnya didapatkan dengan cara menjumlahkan setiap hasil deviasi, yaitu 2+1+(-2)+(-1) = 0
Dari hasil percobaan tersebut di dapat bahwa rasio Fenotipe untuk percobaan dengan 32 kali pengambilan =16:7:7:2, dan untuk percobaan dengan 64 kali pengambilan =38:13:10:3 mendekati angka rasio fenotipe hukum mandel 2 yaitu 9:3:3:1, dan masing-masing nilai deviasi tidak melebihi 2, maka dapat dianggap percobaan ini berhasil sesuai dengan ketentuan pada Hukum Mendel II.
BAB V
Kesimpulan
⦁ Rasio yang didapat dari percobaan ini mendekati rasio yang ditetapkan dalam Hukum Mendel II, berarti dapat dibuktikan bahwa Hukum Mendel II terbukti kebenarannya.
⦁ Hasil berupa kombinasi,rasio dan lainnya serta cara kerja pada percobaan ini hanya berlaku pada gen yang berbeda, apabila sifat itu terdapat dalam gen yang sama, maka hasilnya akan berbeda.
⦁ Hukum Mendel II hanya berlaku pada sifat yang bukan pada gen yang sama.
⦁ Hukum Mendel II tidak berlaku pada sifat pada satu gen, apabila percobaan mendel dilakukan, Hukum Mendel II tidak akan terbukti.
Jawaban Pertanyaan
⦁ Jumlah kombinasi genotip yang muncul dalam percobaan ini adalah 9 macam, yaitu :
⦁
⦁ BBKK
⦁ BBKk
⦁ BbKK
⦁ BbKk
⦁ BBkk
⦁ Bbkk
⦁ bbKK
⦁ bbKk
⦁ bbkk
⦁
⦁ Perbandingan fenotip yang diperoleh :
⦁ fenotip yang diperoleh :
⦁ Pada 32 kali pengambilan :
Bulat-Kuning =16 Bulat-Hijau =7 Keriput-Kuning = 7 Keriput-Hijau =2
⦁ Pada 64 kali pengambilan :
Bulat-Kuning = 38 Bulat-Hijau =13 Keriput-Kuning =10 Keriput-Hijau =3
⦁ Perbandingan :
⦁ Pada 32 kali pengambilan :
16 : 7 : 7 : 2
⦁ Pada 64 kali pengambilan :
38 : 13 : 10 : 3
⦁ Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan dua sifat beda. Tujuan dari persilangan ini adalah mempelajari dan memahami hubungan antara pasangan-pasangan alela dari karakter gen tersebut kemudian diterapkan dalam kehidupan. Dalam kehidupan, prinsip persilangan ini sangat berperan penting dalam kehidupan bahwa setiap individu yang memiliki dua pasang atau dua sifat, maka sifat tersebut dapat diturunkan secara bebas dan tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain dan ini membuktikan bahwa di dalam kehidupan, sifat-sifat pada satu makhluk hidup tak akan mempengaruhi sifat lainnya. Misalnya untuk memperoleh tanaman mangga yang rasanya manis dan berbuah banyak, maka disilangkanlah tanaman yang rasanya asam dan berbauh lebat dengan tanaman yang rasanya manis dan berbuah sedikit. Sehingga F2 yang terbentuk diharapkan tanaman mangga yang rasanya manis dan berbuah lebat. Ini membuktikan bahwa dua macam sifat itu tidak mengikat sifat yang lain, sehingga sifat lain bebas untuk berkombinasi dengan sifat dari pohon lain.
Daftar Pustaka
Suryati, Dotti. 2013. Penuntun Pratikum Genetika. Bengkulu: Laboratorium Agronomi Universitas Bengkulu
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: TARSITO
Crowder, L.V., 1999. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh L. Kusdiarti. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Goodenough, U., 1984. Genetika. Diterjemahkan oleh Sumartono Adisoemarto. Erlangga, Jakarta
Suryo. 1990. Genetika. Yogyakarta: UGM Press
Johnson, L.G., 1983. Biology. Wm. C. Brown Company Publishers, Iowa
Kimball, J.W., 1983. Biologi. Jilid I Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh S.S. Tjitrosomo dan N. Sugiri. Erlangga, Jakarta
Welsh, James R and Johanis P. Mogea. 1991. Dasar – Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta : Erlangga
Sisunanadar, 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar