Terima Kasih telah mengunjungi Blog Muhammad Arief Abdullah Humam, Kritik dan saran, hubungi +6285709342621

Jumat, 23 Agustus 2013

Laporan Praktikum Mikrobiologi Acara 4 Kultivasi dan Isolasi


LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Acara 4
Kultivasi dan Isolasi





Nama : Muhammad Arif Abdullah Humam
NPM : E1J012004
Kelompok : 1 (Satu)
Jadwal Praktikum : Senin, Shift 4 (14.00-15.40)
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Tunjung Pamekas, M.Sc.
Coach : Fretty Aritonang


Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013

BAB I
Pendahuluan

Tujuan Praktikum
         Melihat macam-macam koloni mikroorganisme yang berasal dari udara dengan variasi lama waktu berhubungan dengan udara.
         Memberikan keterampilan kepada mahasiswa, agar mampu menumbuhkan dan memisahkan bakteri atau jmur dari keberadaannya di udara.


Dasar Teori
Untuk mempelajari suatu jenis mikroorganisme dalam laboratorium, mikroorganisme yang bersangkutan perlu dipisahkan (diisolasi) dari keberadaannya dengan mikroorganisme lain di alam. Kegiatan isolasi biasanya diikuti dengan kegiatan pemurnian dan perbanyakan. Mikroorganisme yang bersifat saprofit benar, saprofit fakultatif, dan parasit fakultatif dapat diisolasi dengan kultivasi pada medium kultur buatan. Pada mikroorganisme parasit obligat, medium kultur yang digunakan berupa sel hidup, jaringan hidup atau organism inangnya.
Salah satu factor yang perlu diperhatikan dalam kultivasi mikroorganisme adalah factor kebutuhan nutrient, disamping factor-faktor lain yang diperlukan untuk kehidupannya. Cara isolasi dan kultivasi mikroorganisme yang satu dengan lainnya terkadang sangat berbeda dan mengikuti cara-cara tertentu agar mikroorganisme yang diisolasi memang benar-benar terpisah dari keberadaannya dengan mikroorganisme lain dan pertumbuhannya seperti yang diharapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam isolasi dan kultivasi yaitu sebagai berikut :
1.      Semua peralatan dan sarana dalam keadaan steril (bebas mikroorganisme hidup) atau bebeas kontaminan (mikrooganisme yang tidak dikehendaki).
2.      Dilakukan secara aseptic (tidak memberikesempatan untuk terjadinya kontaminasi), misalnya :
a.       Dilakukan didalam ruangan yang steril.
b.      Pembukaan medium kultur seminimum mungkin.
c.       Arah pembukaan medium tidak berlawanan dengan arah sirkulasi udara/angin.
d.      Setiap langkah selalu memperhatikan tingkat sterilitasnya.
Salah satu tindakan isolasi bakteri dapat dilakukan dengan metode gores. Penggoresnya berupa jarum ose yang ujungnya membawa isolat bakteri. Goresan harus dibuat sedemikian rupa sehingga medium kultur tidak tergores dan bagian tersentuh dari goresan menimbulkan koloni bakteri yang benar-benar terpisah antar koloni satu dengan lainnya. Arah goresan dapat merupakan pembagian sektoral atau horizontal.
Metode kultivasi untuk isolasi bakteri yang paling popular adalah metode bentang rata (spreadplate method) dan metode tuang rata (pour-plate method). Perbedaan utama dari kedua metode ini yaitu bahwa metode bentang mengkultivasi sampel merata pada permukaan medium padat, sedangkan metode tuang mengkultivasi sampel merata ke seluruh medium. Metode bentang akan menuangkan medium lebih dahulu kemudian setelah medium memadat ditetesi suspense sampel (biasanya tidak lebih dari 0,1 mL) dan diratakan pada permukaan medium menggunakan batang gelas steril bentuk huruf L.
Metode tuang akan menaruh sampel (biasanya 0,1 mL suspense atau 0,1 g padatan) lebih dahulu kemudian dituangi medium yang sedang mencair. Hasil kultivasi dari kedua metode tersebut biasanya juga berbeda. Metode bentang akan tumbuh koloni di permukaan medium saja, sedangkan metode tuang akan tumbuh koloni baik di permukaan maupun di bawah permukaan medium.
Dari hasil isolasi dan kultivasi akan dihasilkan biakan koloni. Biakan merupakan kumpulan mikroorganisme yang tumbuh pada medium kultur, sedangkan koloni merupakan kumpulan mikroorganisme sejenis hasil reproduksi yang mengumpul pada satu tempat di medium kultur atau kumpulan mikroorganisme pada medium kultur yang berasal dari hasil pertumbuhan atau keturunan dari satu individu mikroorganisme.
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya, seperti dalam sintesis protoplasma dan bagian-bagian sel lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel melakukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang teratah yang berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang disebut juga biokatalisator yang dinamakan enzim (Djide, 2006).
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru (Jawetz, 2001).
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator (Achmad, 2007).
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik    (Sutedjo, 1990).
Suatu medium yang mengandung substansi kompleks seperti ekstrak daging sapi, ekstrak khamir, tripton, dan darah disebut sebagai medium buatan atau medium kompleks (artificial or complex medium). Sebagai lawannya, kita acu medium yang rumus kimia masing-masing ramuannya dapat dituliskan sebagai medium sintesis (synthtetical medium) atau medium yang ditentukan (difined medium). Medium sintesis mungkin sangat rumit dan sangat berbeda sesuai dengan organisme tertentu yang hendak ditumbuhkan. Untuk sebagian besar, medium sintesis hanya digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium penelitian (Volk & Wheeler, 1993).
Agar-agar, gelatin atau gel silika merupakan bahan untuk membuat medium menjadi padat. Namun, yang paling umum digunakan adalah agar-agar. Meskipun bahan utama agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstraksi dari alga marin genus gelidium, namun sebagian mikroorganisme tidak dapat menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai pemadat (Hadioetomo, 1993).
Untuk perhitungan mikroorganisme mungkin yang paling sering digunakan adalah prosedur penumbuhan dalam agar. Secara sederhana suatu contoh suspensi sel atau bahan pangan homogenat diinokulasi ke dalam atau ke atas media nutrien agar dan setelah diinkubasi, jumlah koloni yang terbentuk dihitung. Karena satu koloni menunjukkan jumlah sel dalam larutan asalnya (Buckle, 1985).
Perhitungan secara penumbuhan dalam cawan petri dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu : dalam metode penuangan, 1,0 ml contoh dipindahkan ke dasar cawan dan dituangkan diatasnya 15-20 ml media agar yang telah didinginkan sampai 45o – 50oC dan dicampur serata mungkin. Setelah inkubasi, koloni baik yang tumbuh di dalam agar atau dipermukaannya dihitung. Prosedur ini termasuk yang paling peka, sampai sejumlah 20 sel/ml dapat dihitung. Metode ini tidak dapat diterapkan dalam studi lapangan karena dibutuhkan alat-alat untuk mencairkan dan mendinginkan media agar. Berikutnya metode penyebaran pada permukaan cawan dilakukan dengan menggunakan 0,1 ml larutan contoh disebaratakan di permukaan media agar yang tersedia dengan tongkat gelas yang melengkung (bent glass rod) yang telah disterilkan. Setelah inkubasi, koloni yang tumbuh di permukaan dari media dihitung. Karena penggunaan volume larutan yang sedikit yaitu 0,1 ml, maka kepekaannya sekitar 300 sel/ml. Oleh karena media agar dalam cawan telah disiapkan lebih dahulu, maka metode ini dapat diterapkan dalam studi lapangan. Dan terakhir adalah metode penetesan pada cawan, media yang dipersiapkan terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi 3 atau 4 sektor dan setetes larutan contoh (0,02 ml) dipindahkan ke masing-masing sektor. Setelah tetesan tersebut dibiarkan kering, cawan petri kemudian diinkubasi. Suatu pipet penetes yang telah dikalibrasi dipergunakan untuk mengukur dan memindahkan tetesan. Pengenceran contoh diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh antara 5 sampai 20 koloni terbentuk dari setiap tetesan pada permukaan media agar. Satu keuntungan metode ini adalah bahwa perhitungan dapat dilakukan 3-4 kali ulangan sekaligus dalam satu cawan, sehingga dapat menghemat bahan-bahan untuk uji mikrobiologi. Contoh bahan yang mengandung sekecil 250 sel setiap ml masih dapat dihitung dan teknik ini dapat diterapkan dalam percobaan-percobaan lapangan (Buckle, 1985).









BAB II
Metodelogi

Bahan dan Alat
         Bahan  : Medium kultur PDA dan TSA.
         Alat     : 5buah Tabung Reaksi berisi 9mL akuades, cawan petri, Erlenmeyer, lampu spiritus, pipet mikro, laminair airflow.

Prosedur Kerja
Pada Tanah
Timbang 10gram tanah
Campurkan ke dalam akuades 100mL sampai homogen pada Erlenmeyer
Ambil larutan tersebut sebanyak 1mL dengan pipet mikro, dan masukkan ke dalam tabung reaksi I yang bersisi 9mL akuades, kocok hingga homogen
Ambil 1mL larutan dari tabung reaksi I dengan pipet mikro,lalu masukkan ke dalam tabung reaksi II yang berisi 9mL akuades, kocok hingga homogen
Lakukan langkah sebelumnya hingga tabung reaksi V
Ambil larutan dari tabung reaksi V dan masukkan ke dalam cawan petri yang berisi TSA cair di dalam laminair airflow masing-masing 1mL(dengan mensterilkan tangan terlebih dahulu meggunakan alcohol 70%)
Semua cawan petri dan beri label sesuai dengan medium dan bahannya
Setelah 3 hari, diamati kenampakan koloni (lender, seperti debu, kapas, dll). Bentuk koloni, warna koloni, berapa jumlahnya dan digambar.
Pada Daun Tumbuhan
Potong daun dengan dua sisi, sisi pertama, bagian yang tidak terkena penyakit, dan sisi kedua bagian yang terkena penyakit setelah dibersihkan terlebih dahulu(cara pembersihannya dengan mengusahakan mikroba yang hidup di daun tersebut tidak mati atau berpindah dari dauntersebut)
Masukkan kedalam NaCl 50%
Masukkan kedalam cawan petri yang bersisi PDA, beri label, dan bungkus dengan kertas, simpan hingga 3 hari
Setelah 3 hari, lakukan pengamatan dengan variable yang sama pada objek tanah

BAB III
Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Hasil Pengamatan
Setelah disimpan selama 3 hari, maka dilakukan pengamatan sesuai dengan kelompok, hasilnya :
No. Medium Jumlah Koloni Bentuk Tepian Warna
1. TSA 3 Membentuk lingkaran, menyebar, dan rata Tak beraturan Putih,kecoklatan
2. PDA 2 Bercabang-cabang, cembung Tak beraturan dan bercabang Putih susu


Pembahasan
Pada hari ketiga setelah pengisolasian, dilakukan pengamatan pengamatan, medium kultur PDA memperlihatkan koloni jamur dengan sangat jelas, begitu juga dengan medium TSA yang memperlihatkan koloni bakteri. Ciri-ciri koloni jamur pada medium kultur PDA ini adalah :
Memiliki bentuk bulat seperti hifa jamur.
Pada jamur terlihat adanya garis lurus sejajar.
Jamur memiliki warna putih, namun pada koloni kedua, terdapat noda samar kecoklatan di tepi.
Koloni jamur yang ditemukan berjumlah dua pada medium PDA.
Untuk medium kultur TSA, terlihat bentuk koloni yang hampir menyerupai koloni jamur, namun koloni ini tidak berbentuk benang yang bercabang-cabang, bentuk koloni nya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Bentuknya tak beraturan, seperti menyebar, dan membentuk lingkaran.
Memiliki warna putih, namun berbintil hitam, dan terdapat juga warna kecoklatan samar pada tepi nya.
Koloni yang didapat berjumlah tiga pada medium TSA.





























Kesimpulan

            Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum mikrobiologi tentang kultivasi dan isolasi, maka didapatkan kesimpulan, yaitu :
Mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain :
harus mengandung semua zat hara yang dibutuhkan oleh mikroba yang akan menjadi objek
harus mempunyai suhu, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh.
tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba,
harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik.
Medium kultur PDA menumbuhkan koloni jamur, sedangkan medium TSA menumbuhkan koloni-koloni bakteri.
Koloni bakteri lebih sulit untuk ditumbuhkan dibandingkan koloni jamur, kemungkinan disebabkan beberapa factor, yaitu
Terjadi kesalahan dalam proses isolasi.
Medium yang ditumbuhkan tidak terdapat bakteri karena menumbuhkan bakteri lebih sulit dibanding menumbuhkan jamur.
Ukuran bakteri lebih kecil, jadi lebih sulit untuk diamati












Daftar Pustaka


Buckle, K.A, dkk. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia:  Jakarta.
Hadioetomo, R. S.. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Gramedia: Jakarta.
Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan. 1976. Elemens of Microbiology. (terjemahan) Hadioetomo dkk. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI press. Jakarta.    
Purnomo, Bambang, 2013. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta:  Jakarta.
Waluyo, L.2005. Mikrobiologi Umum.cet. kedua. UMM Press. Malang.
Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar, Jilid 1, Edisi kelima. Erlangga:
Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar