Kacang
Kamis, 05 September 2013
Jumat, 23 Agustus 2013
Check This Out, My Song, Arief BK - GenerasiKU
http://www.reverbnation.com/threevow/song/13676497-arief-bk-generasi-kukelas-unggul?fb_og_action=unknown&fb_og_object=reverbnation_fb%3Asong&utm_campaign=a_public_songs&utm_content=reverbnation_fb%3Asong&utm_medium=facebook_og&utm_source=unknown
aporan Praktikum Mikrobiologi Acara 8 Mengukur Pertumbuhan Mikroorganisme
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Acara 8
Mengukur Pertumbuhan Mikroorganisme
Nama : Muhammad Arif Abdullah Humam
NPM : E1J012004
Kelompok : 1 (Satu)
Jadwal Praktikum : Senin, Shift 4 (14.00-15.40)
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Tunjung Pamekas, M.Sc.
Coach : Fretty Aritonang
Laboratorium Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013
⦁ Tujuan Praktikum⦁ Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Mikroba
⦁ Agar mahasiswa mampu mengukur pengaruh suhu (temperature) terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
⦁ Agar mahasiswa mampu membuktikan bahwa pertumbuhan mikroorganisme terjadi pada kisaran suhu tertentu.
⦁ Pengaruh Kadar Air Terhadap Pertumbuhan Mikroba
⦁ Agar mahasiswa mampu mengukur pengaruh kadar air terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
⦁ Agar mahasiswa mampu membuktikan bahwa pertumbuhan mikroorganisme terjadi pada kisaran kadar air tertentu.
⦁ Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Pertumbuhan Mikroba
⦁ Agar mahasiswa mampu mengukur pengaruh bahan kimia terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
⦁ Agar mahasiswa mampu membuktikan bahwa pertumbuhan mikroorganisme terjadi pada kisaran jumlah zat kimia tertentu.
⦁ Dasar Teori
Jamur adalah organisme yang relatif kecil, biasanya mikroskopik, umumnya berbentuk filamen tabung, eukariotik, heterotrofik dan umumnya berproduksi dengan spora. Jamur bersifat heterotrofik karena jamur mengonsumsi bahan organik dan tidak memiliki zat hijau daun.
Jamur dapat hidup secara parasit, saprofit dan simbion. Parasit yaitu menyerap nutrisi dari inang yang ditumpanginya. Saprofait adalah jamur yang dapat hidup pada bahan organik yang mati. Sementara simbion adalah sifat jamur yang bersimbiosis dengan sel yang lain yang mana bisa menguntungkan ataupun merugikan. Tubuh jamur sendiri terdiri dari talus yaitu tidak memiliki organ tubuh. Jamur bersifat kosmopolitan yaitu dapat hidup dimana-mana.
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar & Chan, 1986).
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus dibedakan antara pertumbuhan masing- masing individu sel dan pertumbuhan kelompok sel atau pertumbuhan populasi (Suharjono, 2006).
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda – beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar dan Chan, 2006).
Faktor temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi peertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimum yang dimiliki mikrobia digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu mikrobia psikrofil, mikrobia mesofil, dan mikrobia termofil (Suharni, 2008).
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengukur pertumbuhan mikroorganisme, yakni; mengukur diameter koloni, mengukur luas koloni, menghitung jumlah sel yang terbentuk, menimbang berat kering koloni, mengukur konsentrasi komponen sel dan mengukur kemampuaan metanolisme. Mengukur pertumbuhan dengan ukuran diameter koloni merupakan ukuan paling kasar, karena semua koloni dianggap satu garis atau berdimensi satu. Mengukur luas koloni akan setingkat lebih halus dibandingkan mengukur diameter karena sudah berdimensi dua. Mengukur berat kering merupakan teknik mengukur pertumbuhsn yang cukup mewakili, sedangkan dengan mengukur konsentrasi komponen sel maupun kemampuaan metabolisme memerlukan peralatan yang sedikit rumit.(Bambang,2013).
⦁ Bahan dan Alat
⦁ Acara Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Jamur.
⦁ Bahan : Biakan jamur, PDA.
⦁ Alat : Jarum ent, bor gabus, ose, tabung reaksi, gelas ukur, pipet ukur, kertas millimeter, lampu spiritus, ruang inkubasi.
⦁ Acara Pengaruh Kadar Air Terhadap Pertumbuhan Jamur.
⦁ Bahan : Biakan Jamur,SSPDA,DSPDA,TSPDA.
⦁ Alat : Jarum ent, bor gabus, ose, tabung reaksi, gelas ukur, pipet ukur, kertas millimeter, lampu spiritus, ruang inkubasi.
⦁ Acara Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Pertumbuhan Jamur
⦁ Bahan : Biakan Jamur, PDA, NaCl, Antibiotik.
⦁ Alat : Jarum ent, bor gabus, ose, tabung reaksi, gelas ukur, pipet ukur, kertas millimeter, lampu spiritus, ruang inkubasi.
⦁ Cara Kerja
⦁ Acara Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Jamur.
⦁ Medium dituang ke dalam 9 cawan petri dan setelah medium memadat, diinokulasi dengan biakan jamur satu bor gabus, sehingga diperoleh biakan baru.
⦁ Biakan baru diinokubasikan ke dalam 3 ruangan yang suhunya berbeda, masing-masing 3 cawan petri, yakni : pada suhu rendah (15o-20oC), suhu kamar (26o-32oC), dan suhu tinggi (>37oC).
⦁ Setelah 3 hari, diamati pertumbuhannya, yaitu dengan cara mengukur luas koloni atau akan lebih baik dengan menimbang berat kering biakan.
⦁ Bandingkan pertumbuhan jamur pada ketiga perlakuan suhu, tentukan perlakuan mana yang menunjukkan pertumbuha tercepat dan perlakuan mana yang pertumbuhannya paling lambat. Jelaskan menggunakan pustaka, mengapa demikian.
⦁ Acara Pengaruh Kadar Air Terhadap Pertumbuhan Jamur
⦁ Tiga jenis medium kultur dituangkan ke dalam 3 cawan petri yang berbeda.
⦁ Setelah medium memadat, masing-masing diinokulasi dengan biakan jamur satu bor gabus, kemudian diinkubasikan ke dalam ruangan.
⦁ Bandingkan pertumbuhan jamur pada ketiga perlakuan tersebut, tentukan perlakuan mana yang menunjukkan pertumbuhan tercepat dan perlakuan mana yang pertumbuhannya paling lambat. Jelaskan menggunakan pustaka, mengapa demikian.
⦁ Acara Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Pertumbuhan Jamur
⦁ Menyediakan enam bulatan kertas saring steril, kemudian dua kertas dicelupkan ke dalam larutan garam dapur 1.000 ppm, dua kertas dicelupkan larutan antibiotic 1.000 ppm, dan dua kertas sisanya dicelupkan ke dalam air steril, kemudian dikeringanginkan diruang steril.
⦁ Menyediakan dua cawan petri steril yang dituangi medium kultur masing-masing sebanyak 12 mL kemudian digoyang-goyang dan dibiarkan tertutup sampai medium memadat.
⦁ Kedua medium dalam cawan masing-masing diinokulasi dengan biakan jamur satu bor gabus, tepat ditengah lingkaran medium.
⦁ Letakkan di tiga tempat masing-masing kertas saring yang telah dicelup larutan garam, antibiotic dan air steril dengan jarak yang sama pada arah radier dari bulatan biakan jamur.
⦁ Setelah 3-5 hari diinkubasi, ukur luas lingkaran kertas yang tidak ditumbuhi miselium jamur.
⦁ Bandingkan hambatan pertumbuhan jamur pada ketiga perlakuan tersebut, urutkan perlakuan mulai dari yang menunjukkan hambatan terluas. Jelaskan menggunakan pustaka, mengapa demikian.
⦁ Data Hasil Pengamatan
⦁ Tabel Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Jamur
PERLAKUAN Luas Biakan (mm3) Luas
1 2 3
Suhu Rendah 5,5 cm 3 cm 1,5 cm
Suhu Kamar 2 cm 1,5 cm 1,5 cm
Suhu Tinggi - - - -
⦁ Tabel Pengaruh Kadar Air Terhadap Pertumbuhan Jamur
PERLAKUAN Luas Biakan (mm3) Luas
1 2 3
Kadar Air Rendah
(SSA) 5 cm 4 cm 1,5 cm
Kadar Air Tinggi
(DSA) 4,5 cm 2,5 cm 1,5 cm
⦁ Tabel Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Pertumbuhan Jamur Atau Bakteri
PERLAKUAN Luas Biakan (mm3) Luas
1 2 3
NaCl 2 cm 1,5 cm 1,5 cm
Anti Biotik 8 cm 3 cm 1,5 cm
Aquades 4 cm 3 cm 1,5 cm
⦁ Perhitungan dan Pembahasan
Untuk melakukan semua percobaan ini, hal yang terpenting untuk dilakukan ialah mensterilkan tangan terlebih dahulu. Kemudian, ragi yang telah ditimbang dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi NaCl 0,9%, fungsi NaCl 0,9% disini sebagai sumber mineral mikroba karena salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba ialah sumber mineral, dan ini dapat diperoleh dari NaCl 0,9% yang juga dapat menjaga sel mikroba dalam keadaan yang isotonis. Karena apabila mikroba dalam keadaan hipotonis atau hipertonis maka sel mikroba akan pecah. Selain itu, larutan NaCl merupakan larutan yang steril yang mana tidak ditumbuhi atau tidak adanya mikroba sehingga cocok untuk media.
Setelah ragi tersebut dimasukkan kedalam larutan NaCl 0,9%, dilakukan vortex (semacam pengadukan/pengocokan) agar campuran menjadi homogen. Lalu dipipet campuran tadi dan dimasukan kedalam erlenmeyer yang telah berisi Luria Bertani, sebelumnya luria bertani ini dibuat dengan cara mencampurkan yeast 0,5%, NaCl 0,5% dengan pepton 1%.
Setelah larutan luria bertani tersebut diteteskan pada haemocytometer, masing-masing 2 tetes, pada sisi kiri dan kanannya lalu ditutup dengan kaca penutup, hal ini juga bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi, menjaga larutan agar tidak tumpah, serta menjaga agar larutan tidak langsung mengenai lensa objektif mikroskop. Kemudian, dengan pengamatan menggunakan mikroskop, dihitung jumlah sel yang terlihat, kemudian dicatat dan dilakukan perhitungan, untuk mengetahui total mikroba.
Pada pengukuran acara yang pertama yaitu acara mengukur pengaruh suhu terhadap pertumbuhan jamur dengan 2macam perlakuan, yakni pada suhu rendah dengan luas biakan yang pertama yaitu 5,5mm3, kedua 3mm3, ketiga 1,5mm3, dan suhu kamar dengan luas biakan yang pertama yaitu 2mm3, kedua 1,5mm3, ketiga 1,5mm3.
Pada pengukuran acara ke dua , mengukur pengaruh kadar air terhadap pertumbuhan jamur dengan 2 macam perlakuan juga, yakni pada kadar air rendah (SSA) dengan luas biakan yang pertama yaitu 5mm3, kedua 4mm3, ketiga yaitu 1,5mm3 dan pada kadar air tinggi (DSA) dengan luas biakan yang pertama yaitu 4,5mm3, kedua 2,5mm3, ketiga yaitu 1,5 mm3.
Pada pengukuran ketiga, yaitu acara mengukur pengaruh bahan kimia terhadap pertumbuhan jamur dengan 3 perlakuan juga yaitu NaCl dengan luas area kosong yang pertama yaitu 2mm3, kedua 1,5mm3, ketiga yaitu 1,5mm3 pada antibiotik dengan luas area kosong yang pertama yaitu 8mm3, kedua 3mm3, ketiga yaitu 1,5 mm3 dan pada aquades dengan luas area kosong yang pertama yaitu 4mm3, kedua 3mm3, yang ketiga 1,5mm3.
Dari percobaan ini didapatkan hasil pertumbuhan mikroorganisme berdasarkan pengaruh beberapa factor, yaitu, luas koloni jamur pada suhu rendah ialah 4500 mm3 dan pada suhu kamar luas mikroorganisme 22475mm3. Pada pengamatan mikrooranisme tentang pengaruh kadar air didapatkan bahwa luas mikroorganisme pada medium SSA ialah 30000mm3, dan pada DSA ialah 16875mm3. Pada pengamatan mikroorganisme tentang pengaruh bahan kimia terhadap pertumbuhannya didapatkan luas, pada NaCl 4500 mm3 pada antibiotic adalah 36000mm3 dan pda aquades 18000mm3.
⦁ Kesimpulan
⦁ Pertumbuhan suatu mikroorganisme dapat dipengaruhi oleh suhu, kadar air, serta jumlah zat kimia yang dikandungnya, ataupun yang terdapat pada lingkungan hidupnya.
⦁ Suatu organisme dapat mengalami pertumbuhan hanya pada keadaan tertentu, pada rentangan suhu tertentu, apabila melebihi atau kurang dari rentangan suhu tersebut, pertumbuhan organisme tersebut akan terhambat, begitu juga keadaannya pada kadar air dan jumlah zat kimia yang dikandung atau yang terdapat di lingkungan hidupnya.
⦁ Daftar Bacaan
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. Dasar-Dasar Mikrobiologi. 1986. UI-Press, Jakarta.
Pelczar, MJ dan ECS. Chan.Dasar-Dasar Mikrobiologi.2006.Jilid II.Penerbit Universitas Indonesia (UI - Press). Jakarta.
Purnomo, Bambang. Penuntun Praktikum Mikrobiologi.2013. Laboratorium Proteksi Tanaman Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Suharjono.Komunitas Kapang Tanah di Lahan Kritis Berkapur DAS Brantas Pada Musim Kemarau.2006.Biologi FMIPA Universitas Brawijaya. Malang.
Suharni, Theresia Tri dkk..Mikrobiologi Umum.2008.Penerbit Universitas Atmajaya.
Laporan Praktikum Mikrobiologi Acara 6 Menghitug dan Mengukur Sel
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Acara 6
Menghitung dan Mengukur Sel
Nama : Muhammad Arif Abdullah Humam
NPM : E1J012004
Kelompok : 1 (Satu)
Jadwal Praktikum : Senin, Shift 4 (14.00-15.40)
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Tunjung Pamekas, M.Sc.
Coach : Fretty Aritonang
Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013
⦁ Tujuan Praktikum
⦁ Mahasiswa dapat menghitung spora dengan menggunakan haemocytometer.⦁ Mahasiswa dapat menghitung jumlah spora dan sel menggunakan Skala micrometer okuler (SMOK) dan Skala micrometer obyektif (SMOB).
⦁ Dasar Teori
Mikrobiologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang mikroorganisme dan interaksi mereka dengan organisme lain dan lingkungannya. (Singleton.2006)
Sejarah tentang mikroba dimulai dengan ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek (1633-1723). Mikroskop temuan tersebut masih sangat sederhana, dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali. (Skou, dan Sogaard Jensen. 2007)
Mikroba ialah jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan hidup. Jasad tersebut dapat hidup hamper di semua tempat di permukaan bumi. Mikroba mampu beradaptasi dengan lingkungan yang sangat dingin hingga lingkungan yang relative panas, dari ligkungan yang asam hingga basa. Berdasarkan peranannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu mikroba menguntungkan dan mikroba merugikan (Afriyanto 2005).
Penentuan jumlah angka mikroorganisme sangat penting dilakukan untuk menetapkan keamanan suatu sediaan farmasi dan makanan. Berbagai metode telah dikembangkan untuk menghitung jumlah mikroorganisme. Metode tersebut menghitung jumlah sel, massa sel, atau isi sel yang sesuai dengan jumlah sel. Terdapat empat macam cara umum untuk memperkirakan besar populasi mikroorganisme, yaitu perhitungan langsung, pengukuran langsung, perhitungan tidak langsung dan perkiraan tidak langsung (Harmita 2006).
Perhitungan langsung (direct count) untuk jumlah sel atau biomassa mikroorganisme dan sel dihitung langsung di bawah mikroskop atau dengan perhitungan partikel elektronik (electronic particle counter). Pengukuran langsung (direct measurement) untuk biomassa mikroorganisme, massa sel dapat ditentukan dengan menimbang atau mengukur berat seluruh sel, dan biomassa dapat dikorelasikan dengan jumlah sel dengan membandingkan pada kurva standar. Perhitungan tidak langsung (indirect count) untuk jumlah sel, mikroorganisme dalam sampel dikonsentrasikan dan ditanam pada media yang sesuai, pertumbuhan mikroorganisme contohnya pembentukan koloni dalam pelat agar, digunakan untuk memperkirakan jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam sampel. Perkiraan tidak langsung (indirect estimate) untuk biomassa mikroorganisme, biomassa mikroorganisme diperkirakan dengan mengukur komponen biokimia sel mikroorganisme yang relative konstan, seperti protein, adenosine trifosfat (ATP), lipopolisakarida (LPS), murein dan klorofil. Biomassa juga dapat diperkirakan secara tidak langsung dengan mengukur kekeruhan. Perkiraan tidak langsung biomassa mikroorganisme dapat dikorelasikan dengan jumlah sel dengan membandingkan dengan kurva standar (Harmita 2006).
Haemocytometer awalnya adalah perangkat yang dirancang untuk penghitungan sel darah. Sekarang juga digunakan untuk menghitung jenis sel serta partikel mikroskopis lainnya. Haemocytometer ini ditemukan oleh Louis-Charles Malassez dan terdiri dari tebal kaca slide mikroskop dengan lekukan persegi panjang yang menciptakan sebuah kamar. Ruang ini diukir dengan laser-terukir grid garis tegak lurus. Perangkat ini dibuat dengan hati-hati sehingga daerah yang dibatasi oleh garis diketahui, dan kedalaman ruang ini juga diketahui. Oleh karena itu mungkin untuk menghitung jumlah sel atau partikel dalam volume tertentu cairan, dan dengan demikian menghitung konsentrasi sel dalam cairan secara keseluruhan.(Wiki, 2013).
Mikroba berukuran sangat kecil dan untuk mengetahuinya digunakan mikrometer. Mikrometer merupakan kaca berskala dan dikenal 2 jenis micrometer yaitu mikrometer okuler dan mikrometer objektif. Mikrometer okuler dipasang pada lensa okuler mikroskop, sedangkan micrometer objektif berbentuk slide yang ditempatkan pada meja preparat mikroskop. Jarak antar garis skala pada mikrometer okuler tergantung pada perbesaran lensa objektif yang digunakan yang menentukan lapang pandang mikroskop. Jarak ini dapat ditentukan dengan mengkalibrasi antara mikrometer okuler dan objektif. Mikrometer objektif memiliki skala yang telah diketahui, menjadi tolak ukur untuk menentukan ukuran skala micrometer okuler. 1 skala micrometer objektif = 0,01 mm / 10 µm.
Kalibrasi dilakukan dengan menghimpitkan skala mikrometer objektif dan okuler pada perbesaran yang diinginkan. Skala ke nol (garis pertama) kedua mikrometer disimpulkan menjadi 1 garis kemudian dilihat pada skala ke berapa kedua jenis mikrometer tersebut bertemu/berhimpit kembali. Dari hasil tersebut dapat diketahui satu satuan panjang pada skala mikrometer okuler itu berdasarkan beberapa jumlah skala kecil mikrometer objektif yang berada di antara garis yang berhimpit tadi. (Muslim, 2011).
⦁ Bahan dan Alat
⦁ Alat : 1unit haemocitometer, 1 buah jarum ent, 1 buah mikrometer objektif, 1 buah mikrometer okuler 1 buah gelas penutup, 1buah pipet tetes, 1 unit mikroskop.
⦁ Bahan : 25 ml suspense sel spora
⦁ Cara Kerja
⦁ Mengukur mikroorganisme
⦁ Gelas objek dibersihkan menggunakan alcohol 70% sampai bebas debu dan lemak, kemudian ditetesi aquades.
⦁ Massa sporangium diambil menggunakan jarum ent kemudian diletakkan didalam tetesan air di atas gelas obyek kemudian ditutup dengan gelas penuup dan dijaga agar tidak timbul gelembung udara.
⦁ Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop pada pembesaran dimana obyek terlihat paling jelas.
⦁ Micrometer okuler dipasang dalam lensa okuler untuk mengukur obyek dengan menggunakan skala yang ada dalam micrometer okuler, dengan cara menggeser-geser meja benda pada mikroskop dam memutas lensa okuler sampai tepat pada obyek yang di ukur. Pada praktikan dilakukan pengukuran panjang dan lebar 3 sporangium.
⦁ Setelah selesai mengukur obyek dengan skala okuler, preparat diambil dari menja benda kemudian diganti dengan micrometer obyektif untuk kalibrasi skala micrometer. Harus diingat bahwa pembesaran lensa mikroskop yang digunakan hars sama antara pengukuran selnya.
⦁ Skala micrometer okuler (SMOK) diatur supaya berimpit dengan skala micrometer obyektif (SMOB), dengan cara menggeser-geser mejabenda pada mikroskop dan memutar lensa okuler.
⦁ Setelah garis skala masing-msing ada yang saling berimpit, dilakukan kalibrasi dengan cara membandingkan kesetaraan SMOK danSMOB, yaitu denganmenghitung jumlah SMOK dan jumlah SMOB.
⦁ Dalam praktikum kalibrasi atau penyetaraan dilakukan sebanyak 2 kali, kemudian dihitung ukuran sel menurut ukuran micrometer obyektif.
⦁ Menghitung mikroorganisme
⦁ Haemocitometer dibersihkan dengan menggunakan alcohol sampai benar-benar bersih, kemudian dikeringkan. Perlu diingat bahwa kotak pada haemocitometer ukurannya sangat kecil sehingga kemasukan satu butir debu saja sudah cukup menyumbat kotak.
⦁ Suspensi spora dikocok kemudian dipipet dan diteteskan pada haemocitometer tepat pada ruang hitungnya, sebanyak satu tetes.
⦁ Tetesan suspense ditutup menggunakan gelas penutup dan dijaga agartidak menjadi gelembung udara dala kotak-kotak haemocytometer.
⦁ Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop dan dihitung jumlah sel dalam setiap kotak. Jika antar kotak jumlahnya tidak seragam, ulangi langkah ke-2 (dikocok lagi)
⦁ Pada praktikum dihitung dari 5 kotak(ruang hitung), kemudian dirata-rata dan dihitung jumlah selnya setiap koloni.
⦁ Data Hasil Pengamatan
⦁ Mengukur sel
Obyek Ulangan SMOK
Mikrometer 1 34-46 = 12
2 30-34 = 4
3 30-32 = 2
Total 3 18
Rata-rata 18/3 = 6 SMOK
Obyek Ulangan SMOK SMOB Perbandingan
Mikrometer 1 40-80 = 40 21 21/40 = 0,525
2 10-100 = 90 19 19/90 = 0,21
Total 2 130 40 0,735
Rata-rata 130/2 = 65 40/2 = 20 0,735/2 = 0,37
⦁ Mengitung sel
Obyek Kotak kecil Jumlah sel
Sel spora mikoriza 1 6
2 5
3 6
4 8
5 5
Total 5 kotak 30
Rata-rata 30/5 = 6 sel
⦁ Hasil Perhitungan dan Pembahasan
⦁ Mengukur Sel
Pada percobaan ini, diawali dengan mengganti lensa okuler mikroskop dengan micrometer okuler, kemudian letakkan sebuah kaca objek ke meja preparat, lalu teteskan setetes suspensi yang berisi mikroba ke kaca objek, lalu menutupnya dengan kaca penutup. Setelah diamati, terdapat beberapa unit sel mikoriza didalam nya, kemudian diukur berdasarkan skala micrometer okuler (SMOK) yang terlihat langsung, pertama, didapat ukuran diameter sel sebesar 12 SMOK,kemudian diulangisampai 3 kali pengukuran, dan didapat hasil selanjutnya yaitu, 4 SMOK dan 2 SMOK. Kemudian hasilnya dirata-ratakan, yaitu (12+4+2)/3=18/3=6 SMOK. Karena SMOK tidak diketahui satuan umumnya, maka SMOK disesuaikan dengan Skala micrometer objektif (SMOB) dengan cara pengkalibrasian. Pengkalibrasian ini diawali dengan meletakkan micrometer objektif keatas meja preparat mikroskop(setelah dipastikan micrometer okuler tetap terpasang), kemudian melihat garis-garis pada kedua micrometer yang berhimpit dan mencatatnya, dilakukan 2 kali,pertama didapat hasil 40 SMOK = 21 SMOB. Maka, 1 SMOK = 21/40 SMOB = 0,525 SMOB. Kemudian hasil kalibrasi yang kedua ialah 90 SMOK = 19 SMOB. Sehingga, 1 SMOK = 19/90 SMOB = 0,21. Rata-rata hasil nya, 1 SMOK = (0,525+0,21)/2 = 0,735/2 = 0,3675 => 0,37 SMOB.
Langkah selanjutnya, diameter rata-rata sel dijadikan dalam SMOB, yaitu, 6 SMOK = 6x0,37 SMOB = 2,22 SMOB maka, jari-jari sel tersebut = ½ x 2,22 = 1,11. Kemudian, dihitung luas sel dengan cara menghitung luas lingkaran(karena pada pengamatan, sel berbentuk lingkaran), hasilnya => Ï€.r2 = 3,14 x 1,11 x 1,11 = 3,87 SMOB2. 1 SMOB = 0,01 mm= 10µm, maka, 3,87 SMOB2 = 3,87.102µm2 = 387µm2 = 3,87.10-4mm2.
⦁ Menghitung Sel
Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Praktikum ini menggunakan perhitungan secara langsung. Penghitungan koloni secara langsung, dilakukan agar mengetahui secara langsung juga. Penghitungan ini belum tentu akurat, karena hanya berdasarkan pada mikroba yang ada. Mikroba yang ada pada media ataupun sampel yang terhitung tidak hanya mikroba yang hidup, mungkin saja mikroba yang mati juga terhitung.
Penghitungan ini menggunakan Haemocytometer. Alat ini memiliki ruang atau kamar-kamar yang nantinya menjadi Ruang hitung, terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm² . Satu kotak kecil luasnya 0,0025 mm2 = 25.10-4mm (terlihat pada Haemocytometer) . Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm=10-1mm . Sehingga, volume satu kotak kecil = 25.10-4mm2 x 10-1mm = 25.10-5mm3 = 0,00025mm3. Sel spora yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah spora per satuan volume dapat diketahui.
Setelah dipastikan alat ini steril, kaca penutup diletakkan di atas Haemocytometer. Peletakkan ini beguna dalam menjaga mikroba yang akan dihitung pada ruang alat tetap bentuknya dan tidak terkontaminasi. Kemudian suspensi diteteskan sekali dengan pipet tetes. Suspensi ini akan bergerak mengalir ke permukaan alat dan akan mengisi ruang alat ini. Ruang yang terisi dengan mikroba pada yang terletak pada ruang atau kotak kecil dapat langsung dihitung dengan menghitung jumlah sel pada masing-masing kotak kecil, lalu ditentukan rata-ratanya. Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan volume suspense.
Hasil praktikum memperoleh bahwa jumlah mikroba dalam suspensi ini pada kotak kecil yang ke-1 terdapat 6 sel, kotak-2 ada 5 sel, kotak-3 ada 6 sel, kotak-4 ada 8 sel, dan kotak-5 ada 5 sel, tak ditemukan sel pada kotak lainnya, sehingga didapat rata-rata sel ialah sel. Kemudian, dihitung jumlah sel per mm3 nya, yaitu 24.000 sel/mm3. Jadi, dalam 1mm3 suspensi, ter dapat 24.000 sel, namun, apabila dikonversi dalam satuan mL (cm3) = 10mmx10mmx10mmx24000sel = 2,4.107 sel/mL sehingga, dapat diduga bahwa dalam 25mL suspensi tersebut terdapat => 25 mL x 24.107sel/mL = 6.108 sel(600juta sel).
⦁ Kesimpulan
⦁ Mengukur sel mikroba secara langsung belum tentu akurat, karena dapat terjadi kesalahan dalam pengamatan dan penghitungan ukuran sel dandalam melakukan kalibrasi skala micrometer.
⦁ Menghitung sel mikroba secara langsung menggunakan Haemocytometer juga belum tentu akurat, karena sel yang terlihat belum tentu sel yang hidup ataupun berhimpit, dan dalam penghitungan jumah sel pada masing-masing kotak kecil dapat terjadi kesalahan, sehingga jumlah sel sebenarnya belum tentu sesuai dengan yang ada pada pengamatan, hanya mendekati.
⦁ Semakin tinggi perbesaran mikroskop, semakin teliti pengukuran dan penghitungan, karena dapat memisahkan sel yang berhimpit, sehingga, dapat memperkecil resiko kesalahan dalam pengukuran maupun penghitungan.
Daftar Bacaan
Afriyanto,Eddy. Pakan Ikan dan Perkembangannya. 2005. Penerbit Kanisius. Jakarta
Harmita. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi Ketiga. 2006. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Muslim, Ahmadi. Menghitung jumlah bakteri. file:///X:/menghitung-perhitungan-jumlah-bakteri_26.html. Diakses pada tanggal 24 April 2013.
Purnomo, Bambang Ir MP. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. 2013. Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Universitas Bengkulu. Bengkulu
Singleton,Paul. Dictionary of Microbiology And Molecular Biology Third Edition.2006. John wiley & Sons Inc. England
Skou Torben dan Sogaard Jensen Gunnar. Microbiology.2007. Forfattern Og Systime. England
Wikipedia. Hemocytometer. http://id.wikipedia.org/wiki/Hemocytometer. 2013. Diakses pada tanggal 24 April 2013.
Laporan Praktikum Mikrobiologi Acara 4 Kultivasi dan Isolasi
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Acara 4
Kultivasi dan Isolasi
Nama : Muhammad Arif Abdullah Humam
NPM : E1J012004
Kelompok : 1 (Satu)
Jadwal Praktikum : Senin, Shift 4 (14.00-15.40)
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Tunjung Pamekas, M.Sc.
Coach : Fretty Aritonang
Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013
BAB I
Pendahuluan
⦁ Tujuan Praktikum
Melihat macam-macam koloni mikroorganisme yang berasal dari udara dengan variasi lama waktu berhubungan dengan udara.
Memberikan keterampilan kepada mahasiswa, agar mampu menumbuhkan dan memisahkan bakteri atau jmur dari keberadaannya di udara.
⦁ Dasar Teori
Untuk mempelajari suatu jenis mikroorganisme dalam laboratorium, mikroorganisme yang bersangkutan perlu dipisahkan (diisolasi) dari keberadaannya dengan mikroorganisme lain di alam. Kegiatan isolasi biasanya diikuti dengan kegiatan pemurnian dan perbanyakan. Mikroorganisme yang bersifat saprofit benar, saprofit fakultatif, dan parasit fakultatif dapat diisolasi dengan kultivasi pada medium kultur buatan. Pada mikroorganisme parasit obligat, medium kultur yang digunakan berupa sel hidup, jaringan hidup atau organism inangnya.
Salah satu factor yang perlu diperhatikan dalam kultivasi mikroorganisme adalah factor kebutuhan nutrient, disamping factor-faktor lain yang diperlukan untuk kehidupannya. Cara isolasi dan kultivasi mikroorganisme yang satu dengan lainnya terkadang sangat berbeda dan mengikuti cara-cara tertentu agar mikroorganisme yang diisolasi memang benar-benar terpisah dari keberadaannya dengan mikroorganisme lain dan pertumbuhannya seperti yang diharapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam isolasi dan kultivasi yaitu sebagai berikut :
1. Semua peralatan dan sarana dalam keadaan steril (bebas mikroorganisme hidup) atau bebeas kontaminan (mikrooganisme yang tidak dikehendaki).
2. Dilakukan secara aseptic (tidak memberikesempatan untuk terjadinya kontaminasi), misalnya :
a. Dilakukan didalam ruangan yang steril.
b. Pembukaan medium kultur seminimum mungkin.
c. Arah pembukaan medium tidak berlawanan dengan arah sirkulasi udara/angin.
d. Setiap langkah selalu memperhatikan tingkat sterilitasnya.
Salah satu tindakan isolasi bakteri dapat dilakukan dengan metode gores. Penggoresnya berupa jarum ose yang ujungnya membawa isolat bakteri. Goresan harus dibuat sedemikian rupa sehingga medium kultur tidak tergores dan bagian tersentuh dari goresan menimbulkan koloni bakteri yang benar-benar terpisah antar koloni satu dengan lainnya. Arah goresan dapat merupakan pembagian sektoral atau horizontal.
Metode kultivasi untuk isolasi bakteri yang paling popular adalah metode bentang rata (spreadplate method) dan metode tuang rata (pour-plate method). Perbedaan utama dari kedua metode ini yaitu bahwa metode bentang mengkultivasi sampel merata pada permukaan medium padat, sedangkan metode tuang mengkultivasi sampel merata ke seluruh medium. Metode bentang akan menuangkan medium lebih dahulu kemudian setelah medium memadat ditetesi suspense sampel (biasanya tidak lebih dari 0,1 mL) dan diratakan pada permukaan medium menggunakan batang gelas steril bentuk huruf L.
Metode tuang akan menaruh sampel (biasanya 0,1 mL suspense atau 0,1 g padatan) lebih dahulu kemudian dituangi medium yang sedang mencair. Hasil kultivasi dari kedua metode tersebut biasanya juga berbeda. Metode bentang akan tumbuh koloni di permukaan medium saja, sedangkan metode tuang akan tumbuh koloni baik di permukaan maupun di bawah permukaan medium.
Dari hasil isolasi dan kultivasi akan dihasilkan biakan koloni. Biakan merupakan kumpulan mikroorganisme yang tumbuh pada medium kultur, sedangkan koloni merupakan kumpulan mikroorganisme sejenis hasil reproduksi yang mengumpul pada satu tempat di medium kultur atau kumpulan mikroorganisme pada medium kultur yang berasal dari hasil pertumbuhan atau keturunan dari satu individu mikroorganisme.
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya, seperti dalam sintesis protoplasma dan bagian-bagian sel lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel melakukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang teratah yang berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang disebut juga biokatalisator yang dinamakan enzim (Djide, 2006).
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru (Jawetz, 2001).
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator (Achmad, 2007).
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo, 1990).
Suatu medium yang mengandung substansi kompleks seperti ekstrak daging sapi, ekstrak khamir, tripton, dan darah disebut sebagai medium buatan atau medium kompleks (artificial or complex medium). Sebagai lawannya, kita acu medium yang rumus kimia masing-masing ramuannya dapat dituliskan sebagai medium sintesis (synthtetical medium) atau medium yang ditentukan (difined medium). Medium sintesis mungkin sangat rumit dan sangat berbeda sesuai dengan organisme tertentu yang hendak ditumbuhkan. Untuk sebagian besar, medium sintesis hanya digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium penelitian (Volk & Wheeler, 1993).
Agar-agar, gelatin atau gel silika merupakan bahan untuk membuat medium menjadi padat. Namun, yang paling umum digunakan adalah agar-agar. Meskipun bahan utama agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstraksi dari alga marin genus gelidium, namun sebagian mikroorganisme tidak dapat menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai pemadat (Hadioetomo, 1993).
Untuk perhitungan mikroorganisme mungkin yang paling sering digunakan adalah prosedur penumbuhan dalam agar. Secara sederhana suatu contoh suspensi sel atau bahan pangan homogenat diinokulasi ke dalam atau ke atas media nutrien agar dan setelah diinkubasi, jumlah koloni yang terbentuk dihitung. Karena satu koloni menunjukkan jumlah sel dalam larutan asalnya (Buckle, 1985).
Perhitungan secara penumbuhan dalam cawan petri dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu : dalam metode penuangan, 1,0 ml contoh dipindahkan ke dasar cawan dan dituangkan diatasnya 15-20 ml media agar yang telah didinginkan sampai 45o – 50oC dan dicampur serata mungkin. Setelah inkubasi, koloni baik yang tumbuh di dalam agar atau dipermukaannya dihitung. Prosedur ini termasuk yang paling peka, sampai sejumlah 20 sel/ml dapat dihitung. Metode ini tidak dapat diterapkan dalam studi lapangan karena dibutuhkan alat-alat untuk mencairkan dan mendinginkan media agar. Berikutnya metode penyebaran pada permukaan cawan dilakukan dengan menggunakan 0,1 ml larutan contoh disebaratakan di permukaan media agar yang tersedia dengan tongkat gelas yang melengkung (bent glass rod) yang telah disterilkan. Setelah inkubasi, koloni yang tumbuh di permukaan dari media dihitung. Karena penggunaan volume larutan yang sedikit yaitu 0,1 ml, maka kepekaannya sekitar 300 sel/ml. Oleh karena media agar dalam cawan telah disiapkan lebih dahulu, maka metode ini dapat diterapkan dalam studi lapangan. Dan terakhir adalah metode penetesan pada cawan, media yang dipersiapkan terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi 3 atau 4 sektor dan setetes larutan contoh (0,02 ml) dipindahkan ke masing-masing sektor. Setelah tetesan tersebut dibiarkan kering, cawan petri kemudian diinkubasi. Suatu pipet penetes yang telah dikalibrasi dipergunakan untuk mengukur dan memindahkan tetesan. Pengenceran contoh diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh antara 5 sampai 20 koloni terbentuk dari setiap tetesan pada permukaan media agar. Satu keuntungan metode ini adalah bahwa perhitungan dapat dilakukan 3-4 kali ulangan sekaligus dalam satu cawan, sehingga dapat menghemat bahan-bahan untuk uji mikrobiologi. Contoh bahan yang mengandung sekecil 250 sel setiap ml masih dapat dihitung dan teknik ini dapat diterapkan dalam percobaan-percobaan lapangan (Buckle, 1985).
BAB II
Metodelogi
⦁ Bahan dan Alat
Bahan : Medium kultur PDA dan TSA.
Alat : 5buah Tabung Reaksi berisi 9mL akuades, cawan petri, Erlenmeyer, lampu spiritus, pipet mikro, laminair airflow.
⦁ Prosedur Kerja
⦁ Pada Tanah
⦁ Timbang 10gram tanah
⦁ Campurkan ke dalam akuades 100mL sampai homogen pada Erlenmeyer
⦁ Ambil larutan tersebut sebanyak 1mL dengan pipet mikro, dan masukkan ke dalam tabung reaksi I yang bersisi 9mL akuades, kocok hingga homogen
⦁ Ambil 1mL larutan dari tabung reaksi I dengan pipet mikro,lalu masukkan ke dalam tabung reaksi II yang berisi 9mL akuades, kocok hingga homogen
⦁ Lakukan langkah sebelumnya hingga tabung reaksi V
⦁ Ambil larutan dari tabung reaksi V dan masukkan ke dalam cawan petri yang berisi TSA cair di dalam laminair airflow masing-masing 1mL(dengan mensterilkan tangan terlebih dahulu meggunakan alcohol 70%)
⦁ Semua cawan petri dan beri label sesuai dengan medium dan bahannya
⦁ Setelah 3 hari, diamati kenampakan koloni (lender, seperti debu, kapas, dll). Bentuk koloni, warna koloni, berapa jumlahnya dan digambar.
⦁ Pada Daun Tumbuhan
⦁ Potong daun dengan dua sisi, sisi pertama, bagian yang tidak terkena penyakit, dan sisi kedua bagian yang terkena penyakit setelah dibersihkan terlebih dahulu(cara pembersihannya dengan mengusahakan mikroba yang hidup di daun tersebut tidak mati atau berpindah dari dauntersebut)
⦁ Masukkan kedalam NaCl 50%
⦁ Masukkan kedalam cawan petri yang bersisi PDA, beri label, dan bungkus dengan kertas, simpan hingga 3 hari
⦁ Setelah 3 hari, lakukan pengamatan dengan variable yang sama pada objek tanah
BAB III
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
⦁ Hasil Pengamatan
Setelah disimpan selama 3 hari, maka dilakukan pengamatan sesuai dengan kelompok, hasilnya :
No. Medium Jumlah Koloni Bentuk Tepian Warna
1. TSA 3 Membentuk lingkaran, menyebar, dan rata Tak beraturan Putih,kecoklatan
2. PDA 2 Bercabang-cabang, cembung Tak beraturan dan bercabang Putih susu
⦁ Pembahasan
Pada hari ketiga setelah pengisolasian, dilakukan pengamatan pengamatan, medium kultur PDA memperlihatkan koloni jamur dengan sangat jelas, begitu juga dengan medium TSA yang memperlihatkan koloni bakteri. Ciri-ciri koloni jamur pada medium kultur PDA ini adalah :
⦁ Memiliki bentuk bulat seperti hifa jamur.
⦁ Pada jamur terlihat adanya garis lurus sejajar.
⦁ Jamur memiliki warna putih, namun pada koloni kedua, terdapat noda samar kecoklatan di tepi.
⦁ Koloni jamur yang ditemukan berjumlah dua pada medium PDA.
Untuk medium kultur TSA, terlihat bentuk koloni yang hampir menyerupai koloni jamur, namun koloni ini tidak berbentuk benang yang bercabang-cabang, bentuk koloni nya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
⦁ Bentuknya tak beraturan, seperti menyebar, dan membentuk lingkaran.
⦁ Memiliki warna putih, namun berbintil hitam, dan terdapat juga warna kecoklatan samar pada tepi nya.
⦁ Koloni yang didapat berjumlah tiga pada medium TSA.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum mikrobiologi tentang kultivasi dan isolasi, maka didapatkan kesimpulan, yaitu :
⦁ Mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain :
⦁ harus mengandung semua zat hara yang dibutuhkan oleh mikroba yang akan menjadi objek
⦁ harus mempunyai suhu, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh.
⦁ tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba,
⦁ harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik.
⦁ Medium kultur PDA menumbuhkan koloni jamur, sedangkan medium TSA menumbuhkan koloni-koloni bakteri.
⦁ Koloni bakteri lebih sulit untuk ditumbuhkan dibandingkan koloni jamur, kemungkinan disebabkan beberapa factor, yaitu
⦁ Terjadi kesalahan dalam proses isolasi.
⦁ Medium yang ditumbuhkan tidak terdapat bakteri karena menumbuhkan bakteri lebih sulit dibanding menumbuhkan jamur.
⦁ Ukuran bakteri lebih kecil, jadi lebih sulit untuk diamati
Daftar Pustaka
Buckle, K.A, dkk. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.
Hadioetomo, R. S.. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Gramedia: Jakarta.
Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan. 1976. Elemens of Microbiology. (terjemahan) Hadioetomo dkk. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI press. Jakarta.
Purnomo, Bambang, 2013. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta: Jakarta.
Waluyo, L.2005. Mikrobiologi Umum.cet. kedua. UMM Press. Malang.
Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar, Jilid 1, Edisi kelima. Erlangga:
Jakarta.
Laporan Praktikum Genetika Dominan Tak Penuh (Acara 7)
Laporan Praktikum Genetika
Acara 7
Dominan Tak Penuh
Muhammad Arif Abdullah Humam
E1J012004
Shift 2. Kamis (12.00-13.40)
Kelompok 5
Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013
BAB I
Pendahuluan
⦁ Dasar TeoriDominan suatu alel terhadap alel yang lain tidak selalu terjadi. Penampakan suatu gen dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan, umur, jenis kelamin, spesies, fisiologi, genetika dan faktor – faktor lainnya. Tidak adanya dominasi telah diketahui pada awal sejarah penelitian den. Perubahan dominasi in itimbul karena interaksi alel, baik antar alel pada lokus yang sama maupun pada lokus yang berbeda.
Dominan suatu alel terhadap alel yang lain tidak selalu terjadi. Penampakan suatu gen dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan, umur, jenis kelamin, spesies, fisiologi, genetika dan faktor – faktor lainnya. Tidak adanya dominasi telah diketahui pada awal sejarah penelitian den. Perubahan dominasi in itimbul karena interaksi alel, baik antar alel pada lokus yang sama maupun pada lokus yang berbeda. (Ariyanti, 2011)
Incomplete atau partial dominan tak penuh yaitu ekspresi gen pada turunan berdasarkan pengamatan fenotipe yang intermediet (antara) dari hasil silangan tetua dengan karakter yang berbeda dan kontras (seperti, panjang-pendek; besar-kecil; merah-putih; dsb). Sebagai contoh bunga kembang pukul empat dan anyelir warna merah disilang dengan bunga warna putih, maka F1-nya akan berwarna merah muda (pink). Disini terlihat bahwa baik merah maupun putih tidak dominan. Oleh karena warna merah diekspresikan sebagai warna merah muda (pink) pada F1, maka domonan muncul sebagai partial atau tak penuh. Fenotipe ini diikontrol oleh pasangan alel yang keduanya tidak dominan, dan hasil silangan pink x pink pada F2 dapat diprediksi. Oleh karena tidak ada yang dominan, maka F2 mempunyai ratio sama dengan ratio genotipenya ( merah : 2 pink : 1 putih). (Suryati, 2011)
Dominasi yang tidak lengkap adalah jenis warisan di mana satu alel untuk suatu sifat tertentu tidak sepenuhnya dominan atas alel lain. Hal ini menghasilkan fenotipe gabungan (disajikan sifat fisik). Misalnya, jika Anda penyerbukan silang tanaman Snapdragon merah dan putih, alel dominan yang menghasilkan warna merah tidak sepenuhnya dominan atas alel resesif yang menghasilkan warna putih. Keturunan yang dihasilkan pink. (Regina, 2010).
⦁ Tujuan Praktikum
⦁ Mengetahui ekspresi gen partial dominance atau dominan tak penuh.
⦁ Melihat langsung (melalui foto-foto)hsil silangan yang partial dominance.
BAB II
Bahan dan Metode Praktikum
2.1. Bahan dan Alat
LCD atau Oven Head Projector (OHP) dan transparansi.
2.2. Cara Kerja
Mengamati dan mendiskusikan foto-foto hasil persilangan yang ditunjukkan melalui transparansi.
BAB III
Hasil
BAB IV
Pembahasan
Dalam dominan tak penuh, kita mengetahui bahwa sifat dominannya tidak menutupi sifat resesifnya secara total. Dimana kita telah mengetahui bahwa sifat dominan adalah sifat yang menutupi sifat yang tertutupi (resesif). Dari diskusi yang dilakukan, serta dari keterangan dosen pembimbing, dapat disimpulkan bahwa dominan tak penuh adalah jenis warisan di mana satu alel untuk suatu sifat tertentu tidak sepenuhnya dominan atas alel lain.
Incompolete atau partial dominance, atau dominan tak penuh merupakan suatu ekspresi gen pada turunan berdasarkan pengamatan fenotip yang intermediat (antara) dari hasil silangan tetua dengan karakter yang berbeda dan kontras (seperti panjang ; pendek, besar ; kecil, merah ; putih, dsb).
Dalam hal ini akan didapatkan hasil fenotipe gabungan (disajikan sifat fisik). Misalnya, jika melakukan penyerbukan antara bunga yang berwarna merah dan putih, atau bunga mawar merah dan putih, alel dominan yang menghasilkan warna merah tidak sepenuhnya dominan atas alel resesif yang menghasilkan warna putih. Keturunan yang dihasilkan adalah berwarna merah muda.
BAB V
Kesimpulan
⦁ Incomplete/Partian Dominance atau peristiwa dominan tak penuh merupakan kejadian pada persilangan sifat tertentu, yang mana, sifat dominannya menutupi sifat resesifnya, namun tidak secara keseluruhan, sehingga sifat yang terekspresikan merupakan campuran dari kedua sifat tersebut.
⦁ Setelah melihat foto tentang dominan tak penuh, maka kesimpulan pertama dianggap semakin mendekati kebenaran.
Daftar Pustaka
Ariyanti. 2011. Biologi and Gene. Cilandak : Cita Bakri
Regina, Baile. 2010. Biologi Science Of Genetic. America : San Francisco State University.
Suryati, Dotti. 2013. Penuntun Praktikum Genetika. Bengkulu : Laboratorium Agonomi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Laporan Praktikum Genetika Acara 6 Reproduksi Sel Mitosis
Laporan Praktikum Genetika
Acara 6
Reproduksi Sel Mitosis
Muhammad Arif Abdullah Humam
E1J012004
Shift 2. Kamis (12.00-13.40)
Kelompok 5
Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013
BAB I
Pendahuluan
⦁ Dasar teori
Pembelahan sel merupakan proses integrasi dari dua pembelahan yaitu pembelahan inti atau kariokinesis dan pembelahan sitoplasma atau sitokinesis. Mitosis terjadi pada sel-sel somatic, menghasilkan dua sel anak yang memiliki jumlah kromosom sama dengan induknya. Proses mitosis dibagi dalam empat stadium secara berturut-turut yaitu profase, metaphase, anaphase, dan telofase. Tahap profase terjadi kondensasi kromosom menjadi lebih pendek dan tebal. Nucleolus mulai tidak tampak, membrane inti menghilang. Tiap kromosom membelah memanjang, anakan kromosom ini disebut kromatid. Tahap metaphase, kromosom menempatkan diri di bidang equatorial (tengah) sel. Pada tahap anaphase kedua buah kromatid memisahkan diri dan ditarik benag gelendong ke tiap kutub sel yang berlawanan. Pada tahap telofase di setiap kutub sel terbentuk set kromosom yang serupa. Benang-benang gelendong lenyap dan membrane inti terbentuk kembali (Hartati, 2010).Satuan kehidupan terkecil yang tidak dapat diperkecil lagi adalah sel. Sel untuk pertama kali ditemukan lebih dari 300 tahun yang lalu, tidak lama setelah mikroskop pertama dibuat. Umumnya sel itu sangat kecil dengan diameter jauh lebih kecil 1 mm, sehingga tidak terlihat oleh mata telanjang. Pada sel yang paling sederhana, yaitu bakteri sebuah dinding sel mengelilingi suatu membrane (plasma) sangat tipis dan mengandung asam lemak, yang mengelilingi permukaan daerah dalam yang tidak berstruktur. Sifat terpenting sel adalah kemampuannya untuk tumbuh dan membelah diri untuk menghasilkan molekul-molekul seluler baru dan memperbanyak dirinya. Untuk menjalankan fungsi-fungsi ini, sel itu secara kimia pasti bersifat secara canggih, memang sel yang paling sederhana sekalipun mengandung hamper 1000 molekul yang berbeda. Jadi, pada hakikatnya sel merupakan pabrik kecil yang tumbuh dengan memasukkan unsure-unsur pembangun, berupa molekul-molekul sederhana seperti glukosa, dan karbondioksida dan dengan car tertentu mengubahnya menjadi berbagai molekul yang mengandung karbon, yang dibutuhkan untuk berfungsinya sel-sel (Watson, 1988).
Kromosom dapat mengalami perubahan susunan atau jumlah bahan genetic, yang mengakibatkan adanya perubahan fenotip, perubahan gen-gen yang berangkai, dan perubahan nisbah yang diharapkan dalam keturunan. Peristiwa perubahan struktur kromosom ini dinamakan aberrasi kromosom. Pada umumnya kromosom dapat putus atau patah akibat radiasi, tekanan fisik, atau bahan kimia. Kromosom putus dapat terjadi baik pada tingkat kromatid maupun pada tingkat kromosom. Jika kromosom putus sebelum replikasi DNA, selama fase S siklus sel potongan kromosom akan mereplikasi sendiri. Pada ejadian ini yaitu putus tingkat kromosom akan meliputi kedua sister kromatid pada titik yang sama (Henuhili, 2003).
Pembelahan sel merupakan proses integrasi dari dua oembelahan yaitu pembelahan inti atau kariokinesis dan pembelahan sitoplasma atau sitokinesis. Mitosis terjadi pada sel-sel somatic, yang akan menghasilkan dua sel anak yang memiliki jumlah kromosom sama dengan induknya. Proses mitosis dibagi dalam empat tahap stadium, secara berturut-turut yaitu profase, metaphase, anaphase, dan telofase. Benanag-benang gelendong lenyap dan membrane inti terbentuk kembali. Plasma sel terbagi menjadi dua bagian. Terbentuk dinding pemisah di tengah-tengah sel (Suratsih, 2000).
Mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi secara tidak langsung. Hal ini dikarenakan pada pembelahan sel secara mitosis terdapat adanya tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan (fase-fase) yang terdapat pada pembelahan mitosis ini meliputi: profase, metafase, anafase, dan telofase.Mitosis terjadi di dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang hidup terutama sel-sel yang sedang tumbuh (ujung akar dan ujung batang). Proses pembelahan secara mitosis menghasilkan dua sel anak yang identik dan bertujuan untuk mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti secara berturut-turut. Mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus-menerus. Pada praktikum kali ini digunakan akar bawang merah (Allium cepa) karena jaringan akar bawang merah (Allium cepa) merupaskan jaringan yang mudah ditelaah untuk pengamatan mitosis (Ali, 2010).
Reproduksi sel merupakan salah satu dari esensi kehidupan yang mendasar. Proses reproduksi seluler meliputi proses pembelahan inti untuk membentuk inti baru (mitosis), diikuti dengan pembagian sitoplasma (sitokinesis). Proses ini menghasilkan dua inti yang tersipasah dalam sel yang berbeda. Mitosis dan sitokinesis adalah komponen pembelahan sel yang secara keseluruhan disebut reproduksi sel. Dalam mitosis, semua sifat yang terkandung di dalam inti sel secara terekam lengkap pada sel baru. Mitosis terjadi secara aktif pada jaringan meristem yang sedang tumbuh pesat, seperti ujung akar, pucuk, dan tunas. Kecepatan pembelahan sel pada setiap organ-organ berbeda-beda.Tujuan pembelahan mitosis adalah mewariskan semua sifat induk kepada kedua sel anaknya dan berperan penting dalam proses-proses biologis, seperti pertumbuhan, penggantian sel-sel yang rusak, dan perbaikan jaringan. ( Suryati, 2008).
Dalam bidang genetika, mitosis adalah proses yang menghasilkan dua sel anak yang identik. Mitosis mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti dari sel somatis secara berturut-turut. Proses ini terjadi secara bersama-sama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan diluar inti sel ( sitokinesis ). Proses ini memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan hamper semua organisme. (Crowder, 1997).
Mitosis berlangsung dalam beberapa fase, diantaranya:
1) Interfase pada fase ini sel siap untuk melakukan pembelahan,tetapi belum memperlihatkan kegiatan membelah.
2) Profase pada fase ini benang-benang kromatin makin menjadi pendek sehingga menjadi tebal.
3) Metafase pada fase ini kromosom-kromosom menempatkan diri di bidang tengah sel.
4) Anafase pada tahap ini sentromer membelah dan dua buah kromatid memisahkan diri dan bergerak menuju ke kutub sel yang berlawanan.
5) Telofase pada fase ini di tiap kutub sel sudah terbentuk kromosom yang identik.
Pada proses mitosis dari tiap induk yang diploid (2n) menghasilkan dua buah sel anakan yang masing-masing tetap diploid. (Suryo. 2001).
⦁ Tujuan Praktikum
1. Mengamati tahapan yang ada dalam proses mitosis.
2. Memahami fungsi asetokarmin untuk mengamati proses mitosis.
3. Membandingkan dan mendiskusikan perbedaan setiap fase yang ada pada proses mitosis.
BAB II
Bahan dan Metode Praktikum
2.1 Bahan dan Alat
⦁ Mikroskop
⦁ Ujung akar bawang merah
⦁ Gelas pengamat
⦁ Gelas objek
⦁ Gelas penutup
⦁ Jarum pengiris
⦁ Skalpel
⦁ Forset
⦁ Pewarna asetokarmin
⦁ Larutan 1 M HCl
⦁ Larutan 70% dan 96% alcohol
2.2 Prosedur Kerja
⦁ Pertama meneteskan larutan 1 M HCl ke atas gelas pengamat secukupnya.
⦁ Selanjutnya meletakkan potongan ujung akar sepanjang 1 cm di atas HCl tersebut, lebih kurang 5 menit. Lebih lama lebih baik.
⦁ Kemudian mengambil ujung akar yang sudah lunak tersebut dan memindahkannya ke gelas objek yang sebelumnya telah ditetesi dengan asetokarmin.
⦁ Lalu potongan akar yang ada dalam asetokarmin tersebut dicacah dengan scalpel sampai halus.harus diingat, waktu mencacah akarnya jangan terputus, tapi dipipihkan dengan pangkal scalpel. Catat : besi yang ada pada scalpel atau jarum pengiris akan bereaksi dengan asetokarmin untuk menghasilkan pewarna yang lebih baik.
⦁ Kemudian menutup gelas objek dengan gelas penutup.
⦁ Gelas objek tersebut dilewatkan di atas api alcohol, jangan sampai mendidih. Kemudian balik slide tersebut, letakkan di atas tissue dan tekan agak keras dengan menggunakan ibu jari. Hal ini akan meratakan sel-sl dan memencarkan jaringan sehingga memungkinkan untuk di amati di bawah mikroskop.
⦁ Diatas gelas penutup diteteskan minyak emerson untuk memperjelas pengamatan.
⦁ Selanjutnya objek tersebut diamati di bawah mikroskop. Gunakan pembesaran rendah (10x) dahulu, Kemudian pembesaran lebih tinggi (40x), dan pembesaran paling tinggi (100x).
⦁ Menggambar fase-fase mitosis yang dapat ditemukan,cocokkan pada fase-fase mitosis yang ada pada preparat yang telah disediakan atau dengan bagan yang sudah ada.
BAB III
Gambar Keterangan
Hasil
Gambar yang didapat dari mikroskop
BAB IV
Pembahasan
Praktikum ini diawali dengan mensterilkan kaca preparat yang akan digunakan dengan alkohol. Kemudian, ujung akar bawang merah yang telah lunak tersebut diletakkan diatas kaca preparat tersebut, lalu digencet dengan mata scalpel yang dipakai (bagian yang tajamnya). Kemudian, kaca tersebut ditetesi dengan aseokarmin sebagai bahan pewarna pada sel bawang merah tersebut. Setelah ditetesi dengan asetokarmin, tetesan tersebut diratakan diatas kaca preparat tersebut dengan memutar-mutar nya kesegala arah agar merata. Kemudian, kaca yang telah ditetesi asetokarmin tersebut difiksasi diatas api agar asetokarmin dan potongan akar bawang merah tersebut melekat pada kaca preparatnya. Setelah dipastikan persiapan awal yang tadi selesai dengan benar, maka kaca objek tersebut ditaruh dibawah lensa objektif mikroskop, kemudian mengamatinya, dan menggambarkan bentuk yang terlihat pada mikroskop tersebut.
Langkah selanjutnya, mengidentifikasi peristiwa apa saja yang teramati, pada praktikum ini, teramati Telofase awal, tengah, dan akhir, serta anaphase, juga telofase awal dan akhir. Menandakan bahwa pada sel akar bawang merah tersebut sedang terjadi pembelahan mitosis.
BAB V
Kesimpulan
⦁ Pembelahan mitosis terjadi pada sel tubuh (somatic), dimulai dari profase awal, hingga telofase akhir.
⦁ Pada praktikum kali ini, asitokarmin digunakan untuk membantu memperjelas objek yang diamati dengan memberikan warna pada sel tersebut.
⦁ Setiap fase dalam pembelahan memiliki bentuk dan pola yang berbeda, sehingga, bagi yang mengamati, akan lebih mudah, karena pemfokusannya lebih tinggi.
Jawaban Pertanyaan
Pertanyaan :
1. Apakah kegunaan dari larutan 1 M HCl dalam praktikum ini ?
2. Apakah kegunaan asetokarmin ?
3. Mengapa digunakan akar bawang merah dalam praktikum ini ?
4. Bahas secara rinci setiap fase mitosis ?
Jawaban :
⦁ Larutan HCL 1M digunakan untuk melunakkan akar bawang merah dan untuk memperjelas batas antara daerah tudung akar dengan bagian yang lain karena dengan pemberian larutan ini daerah tudung akar akan terlihat lebih putih daripada bagian lainnya.
⦁ Asetokarmin berfungsi untuk memberikan warna agar pengamatan lebih mudah dan sel yang diamati dibawah mikroskop lebih jelas.
⦁ Karena jaringan meristem pada akar bawang sangat aktif untuk membelah dan juga tidak memerlukan waktu yang lama untuk melalui tahap pembelahan pada fase selanjutnya. Lebih mudah dalam proses pelaksanaan praktikum dan bahan yang mudah didapatkan.
⦁ Tahap pembelahan pada mitosis adalah sebagai berikut:
⦁ Profase :pada pase ini benang benang kromatid menebal dan mulai menggandakan diri.
⦁ Metafase: tahap ini sangat mudah diamati karena kromatid akan berbaris dan teratur pada bidang ekuatornya.
⦁ Anafase: pada fase ini benang gelendong akan menarik kromatid menuju ke kutub-kutub pembelahan sel.
⦁ Telofase: pada tahap ini terjadi peristiwa kariokinesis (pembagian inti menjadi dua bagian) dan sitokinesis (pembagian sitoplasma menjadi dua bagian).
Daftar Pustaka
Ali, Iqbal. 2010. Fase Mitosis Akar Bawang (Allium cepa). http : // www . fase mitosis- akar bawang-(allium cepa ) « I q b a l A l i _ c o m.html. Di akses pada tanggal 10 Mei 2013.
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hartati. 2010. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar : Jurusan Biologi Fakultas MatematikaDan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
Ili, Victoria, Suatsih. 2013. Genetika. Yogyakarta : Jurusan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
Suratsih. 2000. Petunjuk Praktikum genetika. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Biologi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Laboratorium Agronomi Universitas Bengkulu.
Suryati, Dotti. 2013. Penuntun Pratikum Genetika. Bengkulu: Laboratorium Agronomi Universitas Bengkulu.
Suryo. 2001. Genetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Watson, james. 1988. DNA Rekombinan Suatu Pelajarn Singkat. Jakarta : Erlangga.
Laporan Praktikum Genetika Acara 4-Probabilitas
Laporan Praktikum Genetika
Acara 4
Probabilitas
Muhammad Arif Abdullah Humam
E1J012004
Shift 2. Kamis (12.00-13.40)
Kelompok 5
Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013
BAB I
Pendahuluan
⦁ Dasar Teori
Berbagai istilah seperti kemungkian, keboleh-jadian, peluang dan sebagainya biasanya digunakan untuk membicarakan peristiwa atau kejadian yang hasilnya tidak diketahui atau tidak dapat dipastikan. Dapat juga merupakan suatu pertanyaan yang tidak diketahui akan kebenarannya. Apabila kita menghadapi suatu peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dipastikan akan kebenarannya biasanya digunakan berbagai macam istilah seperti kemungkinan, keboleh-jadian, peluang atau sebagainya.Misalnya : Jika seseorang melempar mata uang logam ke atas, maka kemungkinan yang dihadapinya adalah apakah uang itu akan jatuh terlentang atau terlungkup di lantai. Seorang ibu yang akan melahirkan, menghadapi kemungkinann apakah anaknya laki-laki atau perempuan. Masih banyak contoh yang lain semacam itu (Suryo,2001).
Kemungkinan peristiwa yang diharapkan ialah perbandingan dari peristiwa
yang diharapkan itu dengan segala peristiwa yang mungkin terjadi terhadap suatu obyek. Ada beberapa dasar – dasar teori kemungkinan, yaitu :
1.Kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama dengan perbandingan
antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap keseluruhannya.
2.Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang masing – masing berdiri sendiri
Ialah sama dengan hasil perkalian dari besarnya kemungkinan untuk peristiwa – peristiwa
itu.
3 Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang saling mempengaruhi ialah sama
dengan jumlah dari besarnya kemungkinan untuk peristiwa – peristiwa itu.(Pay, 1987)
Probabilitas diperoleh dari kata kerja bahasa Inggris “to probe” yang bermakna mencari tahu, sesuatu yang tidak dengan mudah diketahui atau dipahami. Kata “proof” memiliki asal yang sama yang bermakna mengaetahui apa yang dinyatakan sebagai “benar”. Probabilitas berawal dari upaya mempelajari kesempatan menang dalam permainan dan judi pada abad 16. Probabilitas adalah cabang dari ilmu matematika yang dipelajari oleh Blaise Pascal dan Pierre de Fermet di abad berikutnya (Daston, 1988).
Paul Erbrich, ahli probabilitas genetika, pernah menulis bahwa kejadian kebetulan tidak berarti bahwa tidak ada kualitasnya, dan bahwa tidak bisa diramalkan, melainkan “kebetulan” artinya tidak ada tujuan, finalitas seperti tampak dalam mutasi gen. Unsur kebetulan tidak membabi buta, tetapi lebih merupakan peluang (chance) dari alam untuk variasi berlipat-lipat dalam proses multifikasi gen (Gilies, 2000).
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah dari tiap-tiap persilangan genotip yang berbeda. Penggunaan teori 9n memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tersebut (LV Crowder:1986)
Dalam ilmu genetika, Probabilitas/peluang/kemungkinan mempunyai peranan penting. Contoh dalam genetika pemindahan gen-gen dari orang tua atau induk ke gamet-gamet. Probabilitas/peluang/Kemungkinan ialah terjadinya suatu peristiwa diantara seluruh peristiwa yang mungkin terjadi.
Terdapat beberapa cara untuk menyatakan peluang yaitu:
a. Metode Klasik. Jika diketahui dari suatu tindakan bahwa kejadian A dapat muncul dalam m, cara dan total seluruh kemungkinan kejadian adalah n, maka peluang sebenarnya kejadian A adalah:
P(A)= m/n
Dimana: m= Banyaknya cara A
n= total semua cara
b. Metode Frekuensi Atau A Posteriori. Jika kejadian A muncul m kali dalam total percobaan n, maka peluang pengamatan munculnya A adalah:
P(A)= m/n
Dimana: m= Banyaknya A muncul
n= total semua cara
c. Metode Subyektif. Kadang merupakan dugaan atau perkiraan terbaik dari peluang akan muncul kejadian A, yang tentunya hanya diperlukan dan sah, apabila tidak cukup data numerik (Suryati, Dotti. 2012).
Probabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut :
P(x)= X/X+Y
Dimana : P= probabilitas
X= Peristiwa yang diharapkan
Y= Peristiwa yang tidak diharapkan
P(x)= Probabilitas dari kejadian(Surayti,2013).
⦁ Tujuan Praktikum
⦁ Memahami prinsip-prinsip probabilitas yang melandasi genetika.
⦁ Membuktikan teori kemungkinan.
BAB II
Bahan dan Metode Praktikum
⦁ Bahan dan Alat
⦁ Koin atau mata uang logam Rp.500 yang berwarna keemasan
⦁ Kertas karton sebagai alas melempar
⦁ Cara Kerja
A. Pertama
⦁ Melempar sebuah koin sebanyak 30 kali
⦁ Menabulasikan hasil dari lemparan koin tersebut
⦁ Menghitung jumlah gambar dan angka yang muncul
⦁ Menentukan perbedaan antara hasil percobaan dan yang diharapkan (deviasinya)
B. Kedua
⦁ Menggunakan tiga koin secara serentak
⦁ Melemparkan sebanyak 40 kali
⦁ Menabulasikan hasil dari pelemparan koin tersebut
⦁ Menghitung kemungkinan jumlah kombinasi gambar dan angka yang muncul
⦁ Menentukan perbedaan antara hasil percobaan dan yang diharapkan (deviasinya)
C. Ketiga
Mengulangi setiap langkah pada prosedur B, dengan menggunakan empat koin secara serentak sebanyak 48 kali lemparan.
BAB III
Hasil
Tabel 1. Perbandingan/nisbah Pengamatan Observasi (O) dan Nisbah Expected (E) untuk Pengambilan 30 x
1 Koin Pengamatan (O) Harapan (E) Deviasi (O-E)
Gambar 17 15 2
Angka 13 15 -2
Total 30 30 0
Tabel 2. Perbandingan/nisbah Pengamatan Observasi (O) dan Nisbah Expected (E) untuk Pengambilan 40 x
3 Koin Pengamatan (O) Harapan (E) Deviasi (O-E)
3G – 0A 4 5 -1
2G – 1A 14 15 -1
1G – 2A 17 15 2
0G – 3A 5 5 0
Total 40 40 0
Tabel 3. Perbandingan/nisbah Pengamatan Observasi (O) dan Nisbah Expected (E) untuk Pengambilan 48 x
4 Koin Pengamatan (O) Harapan (E) Deviasi (O-E)
4G – 0A 5 3 2
3G – 1A 12 12 0
2G – 2A 19 18 1
1G – 3A 10 12 -2
0G – 4A 2 3 -1
Total 48 48 0
BAB IV
Pembahasan
Probabilitas suatu kejadian merupakan angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian dengan rentangan nilai antara 0 sampai dengan 1. Kejadian yang mempunyai nilai probabilitas 1 adalah kejadian yang pasti terjadi atau sesuatu yang telah terjadi. Misalnya setiap makhluk hidup pasti akan mati, matahari yang masih terbit di timur sampai sekarang. Sedangkan suatu kejadian yang mempunyai nilai probabilitas 0 adalah kejadian yang mustahil atau tidak mungkin terjadi. Misalnya seekor kambing melahirkan seekor musang. Dalam ilmu genetika, Probabilitas/peluang/kemungkinan mempunyai peranan penting. Contoh penggunaan probabilitas dalam ilmu genetika, yaitu pada peristiwa penurunan sifat dari orang tua/induk/ tetua kepada keturunannya.
Praktikum probabilitas ini dilakukan dengan melemparkan mata uang logam (koin). Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk memahami prinsip-prinsip probabilitas (teori kemungkinan) sekaligus membuktikan teori peluang yang melandasi ilmu genetika ini.
Percobaan pertama dilakukan dengan melemparkan sebuah koin Rp. 500 yang berwarna keemasan sebanyak 30 kali diatas kertas karton. Sebuah koin memiliki 2 kemungkinan yaitu kemungkinan muncul angka dan kemungkinan muncul gambar. Jadi peluang untuk masing-masing kemungkinan itu adalah setengah ( ½ ). Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil untuk gambar muncul sebanyak 17 kali dan angka muncul sebanyak 13 kali dari total 30 kali pelemparan. Berdasarkan teori kemungkinan ( probabilitas ) dalam genetika maka dapat dihitung harapan peluang yang akan muncul dari masing-masing kejadian, yaitu untuk kemungkinan muncul angka dari 30 kali pelemparan berdasarkan teori seharusnya adalah ½ dikali 30 kali pelemparan. Jadi hasil kemungkinan / harapan muncul angka maupun gambar berdasarkan teori adalah sebanyak 15 kali dalam setiap 30 kali pelemparan satu koin. Dari hasil pengamatan (Observasi) dan harapan (Ekspektasi) dapat dihitung besarnya penyimpangan (deviasi) yaitu dengan cara hasil pengamatan mengurangkan (O) dengan (E) sehingga besarnya penyimpangan peluang muncul gambar adalah 17-15 = 2 dan penyimpangan peluang munculnya angka adalah 13-15=2, sehingga, jumlah deviasinya = 0.
Untuk percobaan 2, dilakukan pelemparan 3 koin di atas kertas karton sebanyak 40 kali. setelah melempar koin secara sembarang didapatkan keluarnya 3 gambar dengan 0 angka muncul 4 kali. Lalu, untuk 2 gambar 1 angka muncul sebanyak 14 kali. Untuk 1 gambar dan 2 angka muncul sebanyak 17 kali, dan yang terakhir kemunculan 0 gambar dengan 3 angka muncul sebanyak 5 kali. Setelah semuanya didapatkan, maka dijumlahkan sehingga didapatkan total pengamatan sebanyak 40. Selanjutnya, untuk mendapatkan nilai harapan dengan pegkuadratan jumlah kedua variable, yaitu :
(a + g)3 Ket : a = ½ (angka)
= a3 + 3a2g + 3ag2 + g3 g = ½ (gambar)
Setelah itu, masukkan masing-masing nilai harapan yaitu :
· 3 G-0A = (½)3 x 40 = 1/8 x 40 = 5
· 2 G-1A = 3 (½)2 x (½) x 40 = 3 x 1/8 x 40 = 3/8 x 40 = 15
· 1 G-2A = 3 (½) x (½)2 x 40 = 3 x 1/8 x 40 = 3/8 x 40 = 15
· 0 G-3A = (½)3 x 40 = 1/8 x 40 = 5
Sehingga didapatkan total pengamatan seluruhnya berumlah 40. Setelah nilai pengamatan dan nilai harapan didapatkan, maka dicari nilai deviasi, yaitu dengan mengurangkan nilai pengamatan dengan nilai harapan sehingga hasilnya :
· 3 G-0A = 4 - 5 = -1
· 2 G-1A = 14 – 15 = -1
· 1 G-2A = 17 – 15 = 2
· 0 G-3A = 5 – 5 = 0
Sehingga apabila dijumlahkan, nilai total dari deviasi adalah 0.
Pada percobaan 3, dilakukan pelemparan koin sebanyak 48 x secara acak dengan menggunakan 4 koin. Untuk kemunculan koin 4 gambar dan 0 angka didapatkan hasil pengamatan dengan jumlah 5 kali muncul. Untuk 3 gambar dengan 1 angka muncul 12 kali, 2 gambar dengan 2 angka muncul 19 kali, 1 gambar dengan 3 angka muncul 10 kali, dan 0 gambar dengan 4 angka muncul sebanyak 2 kali sehingga total hasil pengamatan berjumlah 48. Selanjutnya, menentukan nilai harapan dengan mengkuadratkan kedua variabel yang dijumlahkan, yaitu :
(a + g)4 Ket : a = ½ (angka)
= a4 + 4 a3g + 6 a2g2 + 4 ag3 + g4 g = ½ gambar
Kemudian, kita masukkan masing-masing nilai, yaitu :
· 4 G-0A = (1/2)4 x 48 = 1/16 x 48 = 3
· 3 G-1A = 4 (1/2)3 (1/2) x 48 = 4/16 x 48 = 12
· 2 G-2A = 6 (1/2)2 (1/2)2 x48 = 6/16 x 48 = 18
· 1 G-3A = 4 (1/2) (1/2)3 x 48 = 4/16 x 48 = 12
· 0 G-4A = (1/2)4 x 48 = 1/16 x 48 = 3
Sehingga total harapan berjumlah 48.
Setelah nilai pengamatan dan nilai harapan didapatkan, maka terakhir menentukan nilai deviasi dengan mengurangkan nilai pengamatan dengan nilai harapan, yaitu :
· 4 G-0A = 5 – 3 = 2
· 3 G-1A = 12 – 12 = 0
· 2 G-2A = 19 – 18 = 1
· 1 G-3A = 10 – 12 = -2
· 0 G-4A = 2 – 3 = -1
Sehingga apabila dijumlahkan, nilai total dari deviasi adalah 0.
Dalam melakukan percobaan, seringkali kita memperoleh hasil yang tidak sesuai dengan harapan. Disinilah fungsi nilai deviasi tadi. Supaya kita yakin bahwa hasil yang nampaknya menyimpang atau tidak sesuai dengan harapan itu masih dapat dianggap sesuai ( artinya masih dapat kita pakai) maka perlu dilakukan pengujian tes X2 (Chi-Square Test) jika jumlahnya itu 0 maka percobaan tersebut berhasil (Kurnia. 2012).
BAB V
Kesimpulan
⦁ Teori probabilitas sangat memiliki peranan vital dalam ilmu genetika.
⦁ Dalam ilmu genetika, penerapan konsep probabilitas dapat digunakan untuk memperkirakan kejadian-kejadian dalam pewarisat sifat, sehingga dapat menanggulangi permasalahan yang akan muncul karena telah diperkirakan terlebih dahulu.
⦁ Untuk suatu objek yang memiliki peluang tertentu, apabila dilakukan pengujian dengan beragam cara, pada umumnya, hasil dari pengujian tersebut akan tetap sama dengan teori/ ketetapan yang ada.
Jawaban Pertanyaan
Probabilitas bagi kelahiran anak perempuan adalah setengah.
Jika ada 4 anak yang lahir di rumah sakit pada saat yang sama, maka:
⦁ Berapakah nilai probabilitas bahwa keempat anak yang lahir tersebut semuanya laki-laki ?
⦁ Berapakah nilai probabilitas bahwa yang lahir tiga anak laki-laki dan satu perempuan ?
⦁ Berapakah nilai probabilitas bahwa yang lahir dua anak laki-laki dan dua perempuan ?
⦁ Berapa paling banyak terjadi kombinasi anak laki-laki dan anak perempuan diantara keempat bayi tersebut ? mengapa ?
Jawaban
⦁ P(x) = 4L0P = (½)4 = 1/16
⦁ P(x) = 3L1P = 4 (½)3 (½) = 4/16 = 1/4
⦁ P(x) = 2L2P = 6 (½)2 (½)2 = 6/16 = 3/8
⦁ Ada 3 kombinasi, yaitu 3 Laki-laki dan 1 Perempuan, 2 Laki-laki dan 2 Perempuan, 1 Laki-laki dan 3 Perempuan. Penyebab kombinasi yang ada hanya tiga, karena kombinasi mengharuskan kedua variable terdapat dalam penyusunan tersebut minimal 1 dari masing-masing variable, apabila slah satunya tidak ada, maka tidak akan terjadi kombinasi. Contoh nya 4 bayi laki-laki dan 0 bayi perempuan, atau 0 bayi laki-laki dan 4 bayi perempuan, susunan ini tak akan membentuk kombinasi, dan apabila dihitung secara matematis, hasilnya akan tetap nol.
Daftar Pustaka
Crowder, L. V. 1977. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Daston, L. 1988. Classical Probability in The Enlightenment. Princeton University Press.
Gillies, D. 2000. Philosophical theories of Probability. Rourledge.
Kurnia. 2012. Probabilitas. http://kurnia.blogspot.com/probabilitas.html
Pay, C. Anna. 1987. Dasar-dasar Genetika, Terjemahan oleh M. Affandi. Jakarta: Erlangga
Suryati, Dotti. 2012. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu
Suryati, Dotti. 2013. Penuntun Pratikum Genetika. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu
Suryo. 2001. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)